Tujuan konseling keluarga oleh para ahli dirumuskan secara berbeda. Seperti dikatakan Bowen (Latipun, 2008) tujuan konseling keluarga adalah membantu klien (anggota keluarga) untuk mencapai individualitas sebagai dirinya sendiri yang berbeda dari system keluarga, hal ini relevan dengan pandangannya tentang masalah keluarga yang berkaitan dengan hilangnya kebebasan anggota keluarga akibat dari aturan-aturan dan kekuasaan dalam keluarga tersebut.
Pada
saat yang sama Satir (Latipun, 2008) menekankan dengan konseling keluarga
diharapkan dapat mempermudah komunikasi yang efektif dalam kontak hubungan antar
anggota keluarga. Oleh karena itu anggota keluarga perlu membuka inner
experience atau pengalaman dalamnya dengan tidak membekukan interaksi antar
anggota keluarga. Ada kesamaan sebagaimana dikatakan Glick dan Kessler
(Latipun, 2001) yang mengemukakan tujuan konseling keluarga adalah (1) memfasilitasi
komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota keluarga; (2) mengganti gangguan,
ketidak fleksibelan peran dan kondisi; (3) memberi pelayanan sebagai model dan
pendidik peran tertentu yang ditunjukkan kepada anggota lainnya.
Sedangkan
Minuchin (Latipun, 2008) mengemukakan bahwa tujuan konseling keluarga adalah mengubah
struktur dalam keluarga, dengan cara menyusun kembali kesatuan dan menyembuhkan
perpecahan antara dan sekitar anggota keluarga. Diharapkan keluarga dapat
menantang persepsi untuk dapat melihat realitas, mempertimbangkan alternative sedapat
mungkin dan pola transaksional. Anggota keluarga dapat mengembangkan pola
hubungan baru dan struktur yang mendapatkan self-reinforcing.
Dari beberapa uraian tersebut maka tujuan konseling keluarga dapat dibedakan menjadi: tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum konseling keluarga antara lain:
1. Membantu, anggota keluarga
untuk belajar menghargai secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah
kait-mengait diantara anggota keluarga.
2. Untuk membantu anggota
keluarga agar menyadari tentang fakta, jika satu anggota keluarga bermasalah,
maka akan mempengaruhi kepada persepsi, ekspektasi dan interaksi anggota-anggota
lain.
3. Agar tercapai keseimbangan
yang akan membuat pertumbuhan dan peningkatan setiap anggota.
4. Untuk megembangkan
penghargaan penuh sebagai pengaruh dari hubungan parental.
Tujuan khusus
konseling keluarga:
1. Untuk meningkatkan
toleransi dan dorongan anggota-anggota keluarga terhadap cara-cara yang
istimewa (idiocyncratic ways) atau keunggulan-keunggulan anggota lain.
2. Mengembangkan toleransi
terhadap anggota anggota keluarga yang mengalami frustasi/kecewa, konflik dan
rasa sedih yang terjadi karena factor system keluarga atau diluar system
keluarga.
3. Mengembangkan motif dan
potensi-potensi, setiap anggota keluarga dengan cara mendorong (men-support),
memberi semangat, dan mengingatkan anggota tersebut.
4. Mengembangkan keberhasilan
persepsi diri orang tua secara realistik dan sesuai dengan anggota-anggota
lain.
Sumber : Dra. Faizah Noer Laela, M.Si. Bimbingan Konseling Keluarga dan remaja, 2017, UIN Sunan Ampel Press (UINSA Press)
No comments:
Post a Comment