TEORI DAN PENDEKATAN
KONSELING ANALISIS TRANSAKSIONAL
A. ANALISIS
TRANSAKSIONAL
Analisis
Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan
pada hubungan interaksional. Transaksional maksudnya ialah hubungan komunikasi
antara seseorang dengan orang lain. Adapun hal yang dianalisis yaitu meliputi
bagaimana bentuk cara dan isi dari komunikasi mereka. Dari hasil analisis dapat
ditarik kesimpulan apakah transaksi yang terjadi berlangsung secara tepat,
benar dan wajar. Bentuk, cara dan isi komunikasi dapat menggambarkan apakah
seseorang tersebut sedang mengalami masalah atau tidak.
AT dikembangkan
oleh Eric Berne tahun 1960 yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Analisis Transaksional (AT) dapat digunakan
dalam konseling individual, tetapi lebih cocok digunakan dalam konseling
kelompok. Analisis Transaksional melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh
klien, yang dengan jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses konseling. Pendekatan
ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini
tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam
proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh
klien. Maka proses
terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan
keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN
Analisis
transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1961). Berne merupakan ahli
ilmu jiwa terkenal di Amerika, lahir di Montreal 10 Mei 1910, memulai karirnya
sebagai psikiatris tahun 1941 sebagai psikoanalisis. Namun pada akhirnya berne
menciptakan teori baru karena kecewa dengan pelaksanaan psikoanalisa yang
membutuhkan waktu lama sampai bertahun tahun dalam menganalisa pasien. Gagasan
tentang AT mulai dikenalkan ke publik tahun 1949 melalui makalah yang berjudul
“ the nature of intuition”, tetapi dalam tulisan tersebut konsep AT
belum dirumuskan dengan jelas. Konsep AT secara resmi mulai diperkenalkan pada
berbagai forum ilmiah, antara lain pada “ weatern regional meeting of the
american group psychoteraphy association “ di Los Angles Amerika Serikat
tahun 1957 melalui makalah yang berjudul “ Transctional Analysis : A New and
effective Method Of Group Therapy”.
Eric berne
melakukan percobaan selama hampir 15 tahun dan akhirnya berne merumuskan hasil
percobaanya itu dalam suatu teori yang disebut “ Analisis Transaksional dalam
psikoterapi” yang diterbitkan pada tahun 1961, selanjutnya tahun1964 dia
menulis pula tentang “ games people play “dan tahun 1966 menerbitkan “Principles of Group treatment”. Pengikut
Eric Berne adalah Thomas Harris, Mc Neel J. dan R.Grinkers. Sejak kematian Berne, 1970, pengikutnya selalu
berupaya mengembangkan AT ini. AT yang pada mulanya dipergunakan Berne untuk
terapi kelompok, sekarang telah meluas pula untuk terapi Individual dan tersebar luas
baik di Amerika Serikat maupun di Amerika Selatan, Eropa, India atau Jepang.
C. HAKIKAT MANUSIA.
Pandangan
analisis transaksional tentang hakekat manusia ialah :
a. pada dasarnya
manusia mempunyai keinginan atau dorongan – dorongan untuk memperoleh sentuhan
atau “stroke”.
b. Kehidupan manusia bukanlah merupakan sesuatu yang telah ditentukan (anti
deterministik)
c. Manusia mampu memahami keputusan-keputusannya pada masa lalu & kemudian
dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang
pernah diambil
d. Manusia mempunyai kebebasan untuk memilih & dalam tingkat kesadaran
tertentu indivu dapat menjadi mandiri dalam menghadapi persoalan hidupnya
e. Hekekat manusia selalu ditempatkan dalam interaksi sebagai dasar pertumbuhan
dirinya.
f. Manusia dapat ditingkatkan, dikembangkan dan diubah secara langsung melalui
proses yang aman, menggairahkan dan bahkan menyenangkan.
D.
PERKEMBANGAN PERILAKU
1. Struktur kepribadian
Ketika Berne menghadapi
klien, ia menemukan bahwa kliennya kadang-kadang berfikir, berperasaan dan
berperilaku seperti anak-anak, tapi di lain kesempatan terlihat seperti orang
tua atau orang dewasa. Berdasarkan pengalamanya dengan klien itu, Berne berkesimpulan
bahwa manusia memiliki berbagai bentuk kondisi ego, atau disebutnya dengan ego
states yaitu unsur-unsur kepribadian yang terstruktur dan itu
merupakan satu kesatuan yang utuh.
Adapun struktur kepribadian
itu terdiri dari 3 status ego yaitu ; ego orang tua, ego dewasa dan ego anak.
1) Status Ego orang tua. (ego state parent)
Yaitu bagian dari kepribadian yg menunjukkan sifat-sifat orang tua, berisi perintah
(harus & semestinya). Jika individu merasa dan bertingkah laku
sebagaimana orang tuanya dahulu, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut
dalam status ego orang tua. Status ego orang tua merupakan suatu kumpulan
perasaan, sikap, pola-pola tingkah laku yang mirip dengan bagaimana orang tua
individu merasa dan bertingkah laku terhadap dirinya.
2) Status Ego dewasa (Ego state adult)
Yaitu bagian dari
kepribadian yg objektif, stabil, tidak emosional, rasional, logis, tidak
menghakimi, berkerja dengan fakta dan kenyataan-kenyataan, selalu berusaha
untuk menggunakan informasi yang tersedia untuk menghasilkan pemecahan yang
terbaik dalam pemecahan berbagai masalah. Dalam status orang dewasa selalu akan
berisi hal-hal yang produktif, objektif, tegas, dan efektif dan bertanggung
jawab dalam menghadapi kehidupan. Jika individu bertingkah laku sesuai dengan yang
telah disebutkan tadi, maka individu tersebut dikatakan dalam status ego
dewasa..
3) Status ego anak (ego state child)
Yaitu bagian dari kepribadian yang menunjukkan ketidakstabilan, reaktif, humor, kreatif, serta inisiatif, masih dalam perkembangan, berubah-ubah, ingin tahu dan sebaginya. Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku
dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan
pengalaman semasa kanak-kanak.
Sikap dasar manusia.
Sehubungan dengan penilaian seseorang terhadap dirinya
(I) dan orang lain (you), Thomas Harris (1985 : 50) mengklasifikasikan adanya 4
macam sikap dasar sesuai dengan perkembangan manusia.
1)
Posisi pertama : I’m
Not OK – You’re OK
Posisi ini menunjukkan bahwa pada diri seseorang merasakan bahwa ia
lebih rendah dari orang lain. Posisi ini adalah sikap umum yang yang pertama
dimiliki oleh anak pada masa awal kanak-kanak.
2)
Posisi
kedua : I’m Not OK – You’re Not OK
Yaitu
sikap dasar yang memandang jelek baik atas dirinya maupun kepada orang
lain. Kondisi seperti ini menandakan seseorang bermasalah atau depresi.Keadaan ini lebih parah dan berbahaya dari
posisi pertama
3)
Posisi
ketiga : I’m OK – You’re Not OK
Yaitu
sikap yang memandang jelek terhadap orang lain.Posisi hidup ini
menunujukkan adanya kecenderungan pada diri seseorag untuk menuntut seseorang,
menyalahkan seseorang, mengkambinghitamkan orang lain, menuduh orang lain.
4)
Posisi
keempat : I’m OK – You’re OK
Posisi ini adalah posisi
hidup yang baik atau kepribadian yang sehat dan menunjukkan adanya suatu
keseimbangan pada diri seseorang. Posisi ini menunjukkan adanya pengakuan akan
orang lain yang memiliki hak yang sama dengan dirinya.
2. Pribadi sehat dan bermasalah.
a. Pribadi sehat.
Dalam pandangan teori ini
kepribadian individu yang sehat adalah sebagai berikut;
a) Memiliki posisi kehidupan I’M ok – You ‘re
OK
b) Status ego berfungsi secara tepat
c) Relatif bebas dari script
d) Memahami dirinya dan orang lain
b. Pribadi
bermasalah.
Kepribadian yang dipandang tidak
normal menurut teori ini adalah sebagai berikut;
a) Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re OK
b) Posisi kehidupan I’am OK – You ‘re not OK
c) Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re not
OK
d) Kontaminasi status ego
e) Eksklusi (batas status ego yang kaku)
E.
HAKIKAT KONSELING
Hakikat
Konseling dalam pendekatan Analisis transaksional yaitu perancangan
status ego klien dalam bertransaksi sehingga klien mampu mempromosikan dirinya
dengan tepat.serta berupaya untuk merangsang rasa tanggung jawab
pribadi klien atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis, rasional,
tujuan-tujuan yang realistis, berkomunikasi dengan terbuka, wajar, dan
pemahaman dalam berhubungan dengan orang lain. Konseling dalam pendekatan ini
cenderung ke arah aspek-aspek kognitif dan behavioral dan dirancang untuk
membantu orang-orang dalam mengevaluasi putusan-putusan yang telah dibuatnya
menurut kelayakan sekarang.
F.
KONDISI PENGUBAHAN
1. Tujuan konseling analisis
transaksional
Menurut
Eric Berne 1966 (Dewa Ketut Sukardi 1984:223), mengemukakan empat tujuan yang
ingin dicapai dalam konseling analisis transaksional, yaitu:
1) Konselor
membantu klien yang mengalami kontaminasi status ego yang berlebihan.
2) Konselor
membantu mengembangkan
kapasitas diri klien dalam menggunakan semua status egonya yang cocok, mencakup
memperoleh kebebasan dan kemampuan yang dapat ditembus diantara status egonya.
3) Konselor
berusaha membantu klien dalam mengembangkan seluruh status ego dewasanya. Pengembangan ini
pada hakikatnya adalah menetapkan pikiran dan penalaran individu, untuk itu
individu membutuhkan kemampuan serta kapasitas yang optimal dalam mengatur
hidupnya sendiri.
4) Konselor
membantu klien dalam membebaskan dirinya dari posisi hidup yang kurang cocok
serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.
2. Sikap,Peran dan tugas konselor
Konselor dalam AT berperan sebagai guru, pelatih, narasumber dan sebagai fasilitator yang bersikap Terbuka, tanggung jawab, Hangat, perhatian
dan Tulus.
a. Sebagai guru, konselor menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural,
analisis transaksional analisis skenario, dan analisis permainan.
b. Sebagai pelatih, konselor mendorong dan mengajari agar klien mempercayai
ego dewasanya sendiri, membantu klien
agar terampil melaksanakan hubungan antar pribadi dengan menggunakan status ego
yang tepat.
c. Sebagai nara sumber, Konselor Membantu klien dalam hal
menemukan kondisi masa lalu yg tdk menguntungkan.
d. Sebagai fasilitator, Konselor menolong klien mendapatkan perangkat yg diperlukan, menyediakan lingkungan
yang menunjang untuk mencapai perubahan klien atau keseimbangan ego state klien.
3. Sikap,Peran dan Tugas Klien
Klien mampu dan bersedia memahami dan menerima
kontrak konseling
Klien harus aktif dalam proses konseling
Klien memperlihatkan kesediaan untuk berubah dg benar-benar berbuat.
4. Situasi Hubungan
Ada
beberapa implikasi yang menyangkut hubungan konselor dan klien, yaitu:
1. Tidak ada jurang pengertian yang tidak bisa dijembatani di antara konselor
dan klien. Konselor dan klien berbagi kata-kata dan konsep-konsep yang sama,
dan keduanya memiliki pemahaman yang sama tentang situasi yang dihadapi.
2. Klien memiliki
hak-hak yang sama dan penuh dalam konseling.
Berarti klien
tidak bisa dipaksa untuk menyingkapkan hal-hal yang tidak ingin
diungkapkannya..
3.
Kontrak memperkecil perbedaan status dan
menekankan persamaan di antara konselor dan klien.
G. MEKANISME PENGUBAHAN
1.
Tahap – tahap Konseling
Menurut
Harris, proses konseling AT ada beberapa tahapan, al:
a.
Pada bagian pendahuluan digunakan untuk
menentukan kontrak dengan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung jawab
kedua pihak.
b.
Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien
tentang ego statenya dengan diskusi bersama Klien ( Shertzer & Stone, 1980
: 209).
c. Kemudian membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan
tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah kearah
tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis.
Kontrak bagi Dusay (Cosini, 1984 : 419 ) adalah berbentuk pernyataan klien –
konselor untuk bekerja sama mencapai tujuan dan masing-masing terikat untuk
saling bertangung jawab.
d. Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali
ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.
2. Teknik Konseling
Dalam
AT konseling diarahkan kepada bagaimana klien bertransaksi dengan
lingkungannya. Karena itu, dalam melakukan konseling ini, konselor memfokuskan perhatian terhadap apa yang
dikatakan klien kepada orang lain dan apa yang dikatakan orang lain kepada
klien. Untuk itu, teknik yang sering digunakan dalam AT diantaranya adalah
analisis struktur, analisis transaksional, analisis mainan dan analisis
skript,.
1. Analisis
Struktur
Analisis struktur maksudnya adalah analisis
terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien yang terlihat
dari respons atau stimulus klien dengan orang lain
2. Analisis
transaksional
Konselor menganalisis pola transaksi dalam
kelompok, sehingga konselor dapat mengetahui ego state yang mana yang lebih
dominan dan apakah ego state yang ditampilkan tersebut sudah tepat atau
belum.
3. Analisis Mainan
Analisis mainan adalah analisis hubungan
transaksi yang terselubung antara Klien dengan konselor atau dengan
Lingkungannya. Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien
untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah klien mampu menanggung resiko atau malah bergerak
kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah.
4. Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha konselor untuk mengenal proses
terbentuknya skript yang dimiliki klien. Analisis skript ini hendaknya sampai
menyelidiki transaksi seseorang sejak dalam asuhan orang tua, pada masa ini
terjadi transaksi antara orang tua dengan anak-anaknya. Dan pada akhirnya
terbentuk suatu tujuan hidup dan rencana hidup (script atau naskah). Hal ini
dilakukan apabila konselor sudah meyakini bahwasanya kliennya terjangkit posisi
hidup yang tidak sehat.
H.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
Dengan
melihat Konsepsi, penekanan, serta pelaksanaanya, maka ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari AT,
1.
Kelebihan AT antara lain :
a.
Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang
Manusia.
AT memandang manusia dapat berubah bila dia
mau. Manusia punya kehendak dan kemauan. Kemauan inilah yang memungkinkan
manusia berubah, tidak statis. Sehingga manusia bermasalah sekalipun dapat
berubah lebih baik, bila kemauannya dapat tumbuh.
b.
Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.
Tujuan pokok terapi AT adalah mengatasi masalah
klien agar dia punya kemampuan dan memiliki rasa bebas untuk menentukan
pilihannya. Hal ini dimulai dengan menganalisis interaksinya dengan konselor atau orang lain.
Dan itu adalah
persoalan interaksi sekarang. Kini dan di sini (here and now).
c.
Mudah Diobservasi.
Pada umumnya teori yang muncul dari
laboratorium itu sulit diamati karena itu terlihat abstrak, sehingga
kadang-kadang tak jarang pula yang hanya merupakan konstruk pikiran manusia
penemunya. Berbeda dengan
AT, ajaran Berne tentang status ego ( O, D dan A) adalah konsep yang dapat
diamati secara nyata dalam setiap interaksi atau komunikasi manusia.
d. Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi
Fokus AT terpusat pada
cara bagaimana klien berinteraksi, maka treatment juga mengacu pada interaksi,
cara bebicara, kata-kata yang dipergunakannya dalam berkomunikasi. Karena itu,
AT tidak hanya berusaha memperbaiki sikap, persepsi, atau pemahamannya tentang
dirinya tetapi sekaligus mempunyai sumbangan positif terhadap keterampilan
berkomunikasi dengan orang lain. Hal semacam ini tidak dimilliki oleh
pendekatan lainnya.
2. Kelemahan yang dimiliki AT antara lain :
a. Kurang Efisien
terhadap Kontrak Treatment
AT mengharapkan, kontrak treatment antara
konselor-klien harus terjadi antara status ego Dewasa-dewasa. Artinya
menghendaki bahwa klien mengikat kontrak secara realistis. Tetapi dalam kenyataannya, cukup banyak ditemui
bahwa banyak klien yang punya anggapan jelek terhadap dirinya, atau tidak
realistis. Karena itu, sulit tercapainya kontrak, karena ia tidak dapat
mengungkapkan tujuan apa yang sebenarnya diinginkannya. Sehingga memerlukan
beberapa kali pertemuan. Hal semacam ini dianggap tidak efisien dalam pelaksanaannya.
b. Subyektif dalam
Menafsirkan Status Ego.
Apakah ungkapan klien termasuk status Ego Orang
tua, Dewasa, atau Anak-anak merupakan penilaian yang subyektif. Mungkin dalam
hal yang ekstrim tidak ada perbedaan dalam menafsirkannya. Tapi bila pernyataan
itu mendekati dua macam status ego akan sulit ditafsirkan, dan mungkin berbeda
antara orang yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan dalam memahami status ego
ini, menyebabkan sulitnya kesamaan dalam menakar egogram klien.
I. DAFTAR PUSTAKA
Dewa Ketut, Sukardi.1984.Pengantar Teori Konseling.
Jakarta:Ghalia Indonesia
Muhammad Surya.
2003. Teori-teori Konseling. Bandung: Pustaka Bany Quraisy
Harris, T. 1981 . SAYA OKE-KAMU OKE, terjemahan, Jakarta: Yayasan Cipta
Loka Caraka.
Corey Gerald.
2005. Teori dan Praktek Konseling dan Pikotrapi . Bandung: Rafika
Aditama
Sukardi, Dewa
Ketut . 2002. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
http://zulisttya.blogspot.com/2012/05/analisis-transaksional.html
http://counselingcare.blogspot.com/2012/06/konseling-analisis-transaksional.html
http://selvia-organis.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://rwiewied.blogspot.com/2011/03/pendekatan-konseling-analisa.html
http://ekaariefiastuti.blogspot.com/2012/06/mau-tau-tentang-pendekatan-analisis.html
siiiippp....
ReplyDeleteMakasih Gan! kunjunganya,,,,,
DeleteTukeran Link ya gan!
Mari sama2 Membesarkan Nama ATTANWIR!