TUGAS AKHIR
KOMPARASI 5 TEORI & PENDEKATAN KONSELING
(PSIKOANALISIS, PCT, AT, EKSISTENSIAL HUMANISTIK DAN Bh)
DAN
ANALISIS KASUS
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Teori dan
Pendekatan Konseling
Dosen Pembimbing : Ida Salasaningsih, S.Pd. Kons
Oleh :
WIANTO / BKI III
NIM :
2011143320188
PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ATTANWIR
BOJONEGORO
2013
KOMPARASI 5
PENDEKATAN TEORI KONSELING
PSIKOANALISA, PERSON CENTERED THERAPY, ANALISIS TRANSAKSIONAL,
EKSISITENSIAL-HUMANISTIK, DAN BEHAVIORAL
No
|
Aspek
|
Teori dan pendekatan
Konseling
|
||||
psikoanalisa
|
Person centered therapy
|
Analisis transaksional
|
Eksistensial-Humanistik
|
Behavioral
|
||
1
|
Tokoh
|
Sigmund Freud
|
Carl Person Rogers
|
Eric
Berne
|
Abraham Maslow
|
John B. Watson
|
2
|
Hakikat Manusia
|
Freud memandang sifat
manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik, dan
reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan
irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan
dorongan-dorongan biologis dan naluriah
|
-
Manusia cenderung untuk melakukan aktualisasi diri
-
Manusia pada dasarnya bermanfaat
-
Secara mendasar manusia itu baik dan dapat dipercaya,
konstruktif tidak merusak dirinya.
-
Manusia
pada dasarnya aktif, bukan pasif
|
-
Kehidupan manusia
bukanlah sesuatu yang telah ditentukan (anti deterministik)
-
Hekekat manusia selalu
ditempatkan dalam interaksi sebagai dasar pertumbuhan dirinya.
-
Manusia dapat
ditingkatkan, dikembangkan dan diubah secara langsung
|
-
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya
sendiri, yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
-
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk
menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna
bagi kehidupan.
|
Hakikat
manusia dalam pandangan para behaviorist adalah pasif dan mekanistis,
Manusia memulai
kehidupnya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya,dan interaksi ini
menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
|
3
|
Struktur kepribadian
|
Menurut pandangan
Psikoanalisis, struktur kepribadian manusia tersusun secara struktural,
dimana terdapat subsistem yang berinteraksi secara dinamis, yaitu id, ego,
dan superego.
|
Rogers
mengungkapkan bahwa terdapat tiga unsur yang sangat esensial dalam
hubungannya dengan kepribadian, yaitu self, medan fenomenal, dan organisme.
|
Menuruut Berne manusia memiliki berbagai bentuk kondisi
ego, yaitu unsur kepribadian yang terstruktur dan merupakan satu
kesatuan yang utuh. struktur kepribadian itu terdiri dari 3 status ego yaitu
; ego orang tua, ego dewasa dan ego anak.
|
Dalam teori ini tidak
menjelaskan struktur kepribadian seperti pada pendekatan lain.
|
Kaum behavioris tidak menjelaskan struktur
kepribadian seperti pada aliran lain, tetapi menurut teori kepribadian
behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah perilaku organisme itu
sendiri.
|
4
|
Pribadi sehat
|
-
Orang yang
bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah
-
Dapat
mengatasi kecemasan dan tekanan yang ada dalam hidupnya
-
Kinerja yang
seimbang antara id, ego dan super ego
-
Motif-motif
dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
|
-
Menerima
dengan senang hati hadirnya ketidakpastian dalam hidup.
-
Mempunyai
kepedulian yang tulus pada orang lain.
-
Mempunyai
sikap yang terbuka terhadap hidup.
-
Mempercayai
diri sendiri
-
Adanya keselarasan atau kongruensi antara
organisme, ideal self, dan self concept.
|
-
Memiliki posisi kehidupan
I’M ok – You ‘re OK
-
Status ego berfungsi secara
tepat
-
Relatif bebas dari script
-
Memahami dirinya dan orang lain
|
Pribadi sehat menurut pandangan eksistensial yaitu mampu memfungsikan dimensi-dimensi
dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran bisa berfungsi secara penuh.
|
-
Dapat merespon stimulus yang ada di
lingkungan secara cepat.
-
Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam
tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
-
bertingkah laku dengan tidak mengecewakan
diri dan lingkungan.
-
Dapat mengambil keputusan yang tepat atas
konflik yang dihadapi.
-
Mempunyai self control yang
memadai
|
5
|
Pribadi bermasalah
|
-
Individu
bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan
-
Manusia
didorong oleh dorongan seksual agresif
-
Masalah-masalah
kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi atau
proses belajar yang tidak benar pada masa anak-anak
-
Adanya
dinamika yang tidak efektif antar super ego.
|
-
kesenjangan
antara ideal self dan self concept,
-
kesenjangan
antara self concept dan organisme,
-
Tidak mampu mempersepsi dirinya, orang lain secara
objektif
-
Tidak terbuka terhadap semua pengalaman yang mengancam
konsep dirinya,
-
Tidak
mampu mengembangkan dirinya kearah aktualisasi diri
|
-
Posisi kehidupan I’am not OK
– You ‘re OK
-
Posisi kehidupan I’am OK –
You ‘re not OK
-
Posisi kehidupan I’am not OK
– You ‘re not OK
-
Kontaminasi
status ego
-
Eksklusi
(batas status ego yang kaku)
|
Pribadi yang bermasalah menurut pandangan
eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar
yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi secara penuh.
Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak dapat
memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.
|
-
Tingkah laku yang tidak
sesuai dengan tuntutan lingkungan.
-
Tingkah laku maladaptif
terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
-
Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan
yang tepat sesuai dengan lingkungan
-
Tingkah laku yang tidak wajar yang kemudian menimbulkan konflik dengan
lingkungan.
|
6
|
Hakikat konseling
|
Dalam pendekatan
psikonanalisis hakikat konseling adalah agar individu mengetahui ego dan
memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu
sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id
dan Superego. Konseling dalam pandangan psikoanalisis adalah sebagai proses
re-edukasi terhadap ego menjadi lebih rasional.
|
Pendekatan
konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan
isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok
yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep mengenai diri, aktualisasi
diri, konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri
dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
|
Hakikat Konseling dalam
pendekatan Analisis transaksional yaitu perancangan
status ego klien dalam bertransaksi sehingga klien mampu mempromosikan
dirinya dengan tepat.serta berupaya untuk merangsang
rasa tanggung jawab pribadi klien atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran
yang logis,dan rasional,
|
Hakikat konseling eksistensial-humanistik menekankan
renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Eksistensial-humanistik berdasarkan pada
asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil
dan perbuatan yang kita lakukan. Yang
paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik adalah hubunganya
dengan klien.
|
Hakikat konseling menurut Behavioral adalah
proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar bagaimana menyelesaikan
masalah-masalah interpersonal, emosional, dan pengambilan keputusan dalam
mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru yang
sesuai.
|
7
|
Tujuan konseling
|
Tujuan
konseling psikoanalisis adalah
membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar
menjadi sadar dalam diri klien (Corey, 1977, p. 38).
|
Secara
ideal tujuan konseling berpusat pada person tidak terbatas oleh tercapainya
pribadi yang kongruensi saja. Bagi Rogers tujuan konseling pada dasarnya sama
dengan tujuan kehidupan ini, yaitu apa yang disebut dengan fully
functioning person, yaitu pribadi yang berfungsi sepenuhnya.
|
Tujuan konseling AT
adalah agar klien mampu menggunakan status egonya dengan tepat, dan klien terbebas dari posisi hidup yang kurang cocok serta
menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.
|
Menurut Gerald Corey,
(1988:56) ada beberapa tujuan konseling Eksistensial humanistik antara lain :
Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan
pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
|
Sesuai dengan namanya maka tujuan
konseling behavioral yaitu membantu menciptakan kondisi dan lingkungan baru
agar klien mampu belajar merubah perilakunya dalam rangka memecahkan masalah
yang dihadapi.
|
8
|
Sikap, peran dan tugas
konselor
|
Karakteristik konselor
dalam psikoanalisa adalah membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi
sedikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada konseli. Peran utama
konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai kesadaran
diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam
menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis,
|
Menurut
Rogers, sikap yang harus dimiliki konselor adalah kejujuran/ketulusan (kongruensi),
sikap positif yang tidak bersyarat dan pemahaman empati yang akurat. Dan secara
umum tugas dari konselor adalah menciptakan suasana konseling yang
memfasilitasi pertumbuhan kepribadian konseli, sedangkan fungsi dari konselor
adalah sebagai fasilitator, motivator, reflektor, dan model bagi konselinya.
|
Konselor dalam AT berperan sebagai guru, pelatih, narasumber dan sebagai fasilitator yang bersikap Terbuka, tanggung jawab, Hangat, perhatian dan Tulus.
Sebagai guru, konselor menerangkan konsep-konsep
seperti analisis struktural, analisis transaksional analisis skenario, dan
analisis permainan.
Sebagai pelatih, konselor mendorong dan mengajari agar
klien mempercayai ego dewasanya sendiri,
|
-
Mengakui
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
-
Mengakui
bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
-
Mengakui
kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan
tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
-
Bekerja
kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
|
Konselor dalam behavior therapy secara umum berfungsi
sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah
pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor secara khusus diantaranya :
-
Merumuskan masalah yang
dialami klien
-
Konselor memegang
sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling,
-
Konselor mengontrol
proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
|
9
|
Sikap, peran dan tugas
konseli
|
Konseli harus bersedia
terlibat dalam proses konseling secara intensif, dan melakukan asosiasi bebas
dengan mengatakan segala sesuatu yang terlintas dalam pikirannya. Pada
kasus-kasus tertentu konseli diminta secara khusus untuk tidak mengubah gaya
hidupnya selama proses konseling.
|
Agar proses konseling
dapat mencapai perubahan pribadi konseli yang diinginkan, maka diperlukan
beberapa kondisi yang seharusnya ada pada konseli, yaitu adanya kesediaan
konseli secara sukarela untuk menerima bantuan dan dapat bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri, dapat mengungkapkan perasaan tertekannya dengan
baik dan konseli dan konselor harus bisa menciptakan suasana yang kondusif
dalam proses konseling.
|
Sikap,Peran dan Tugas Klien
- Klien mampu dan bersedia
memahami dan menerima kontrak konseling
- Klien harus aktif dalam proses konseling
- Klien memperlihatkan
kesediaan untuk berubah dg benar-benar berbuat.
|
Dalam
terapi eksistensial, klien mampu mengalami secara subjektif persepsi-persepsi
tentang dunianya.dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus
memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan
kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasikan.Melalui proses terapi,
klien bisa mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat
pandangan-pandangannya menjadi riel.
|
Dalam konseling behavioral klien dan konselor aktif
terlibat di dalamnya. Klien secara aktif terlibat dalam pemilihan dan
penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia
bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting klien dalam
konseling adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru
yang bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya
|
10
|
Tahapan konseling
|
-
Membina
hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
-
Tahap krisis
bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi.
-
Tilikan
terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya.
-
Pengembangan
resistensi untuk pemahaman diri.
-
Pengembangan
hubungan transferensi klien dengan konselor.
-
Melanjutkan
lagi hal-hal yang resistensi
-
Menutup
wawancara konseling.
|
- Tahap Perkenalan
Dalam
tahap perkenalan, konselor memulai percakapan.
- Tahap Pelaksanaan
Pada
tahap ini, konseli dituntun
untuk berbicara secara terbuka tentang apapun yang mereka rasakan saat itu
- Tahap Akhir (Terminasi)
Pada
tahap ini pemimpin tidak diperlukan lagi. Apabila kelompok telah berjalan
secara efektif, maka untuk sekarang kelompok telah bergerak dan dapat
menggambarkan potensi-potensi dirinya untuk digunakan dalam kelompok. Dalam
tahap akhir ini konselor mengakhiri percakapan.
|
-
Pada bagian pendahuluan digunakan untuk
menentukan kontrak dengan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung jawab
kedua pihak.
-
Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien
tentang ego statenya dengan diskusi bersama Klien
-
Kemudian membuat kontrak
yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang apa yang akan
dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah kearah tujuan yang telah
ditetapkan
-
Setelah kontrak ini
selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan
memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.
|
-
Tahap pendahuluan Konselor membantu konseli
dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka tentang
dunia.
-
Pada
tahap tengah dari konseling eksistensial
-
Konseli
didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi
meneliti sumber dan otoritas dari sistem nilai mereka.
-
Tahap
terakhir dari Konseling eksistensial berfokus
pada menolong konseli untuk bisa melaksanakan apa
yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri.
|
- Tahap Penilaian (Assesmen),
Yaitu memahami karakteristik klien beserta permasalahannya secara utuh
- Tahap Penetapan tujuan (Goal setting), Yaitu
menetapkan tujuan konseling berdasarkan analisis dari berbagai
informasi/data.
- Tahap Penerapan
teknik (Techniques
implementation), Yaitu
penerapan ketrampilan dan teknik-teknik konseling (merubah perilakunya).
- Tahap evaluasi dan terminasi (Evaluation and
Termination), Yaitu
tahapan untuk mengetahui perubahan perilaku klien sebagai tolok ukur proses
konseling berlangsung.
|
11
|
Teknik-teknik konseling
|
-
Asosiasi Bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikirannya sehari-hari, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
-
Interpretasi
Yaitu teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
-
Analisis
Mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
-
Analisis
Resistensi
Analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
-
Analisis
Transferensi
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya |
- Rapport, yaitu teknik yang
bertujuan untuk membuat pendekatan dan hubungan yang baik dengan konseli
-
Teknik klarifikasi, yaitu suatu cara konselor untuk menjernihkan dan
meminta konseli untuk menjelaskan hal-hal yang dikemukakan oleh kepada
konselor.
-
Teknik refleksi, (isi dan perasaan) yaitu usaha konselor untuk
memantulkan kembali hal-hal yang telah dikemukakan konseli (isi pembicaraan)
-
Teknik “free expression” yaitu memberikan
kebebasan kepada klien untuk berekspresi, terutama emosinya,
-
Teknik “silence”, yaitu kesempatan yang
berharga diberikan oleh terapis kepada klien untuk meninjau kembali
pengalaman dan ekspresinya yang lampau
-
Teknik “transference”
yaitu ketergantungan konseli kepada konselor. Hal ini
dapat terjadi pada awal terapi, tapi bukan merupakan dasar untuk kemajuan
terapi.
|
-
Analisis struktur maksudnya adalah analisis
terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien
-
Analisis transaksional
Konselor
menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingga konselor dapat
mengetahui ego
-
Analisis Mainan
Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti
oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah klien mampu
menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih
rendah.
-
Analisis Skript
Analisis
Skript ini merupakan usaha konselor untuk mengenal proses terbentuknya skript yang
dimiliki klien.
|
Teori
eksistensial humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat.
Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling
lainnya separti teoriGestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor
disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya
dapat bermakna apabila ia memaknainya.
|
- Desentisasi sistematik (Systematic
desensitization )
- Latihan Asertif (Assertive
training), yaitu konseling yang menitik beratkan
pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya
- Terapi Aversi (Aversion
therapy ), Teknik
ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku
yang positif.
- Terapi implosif dan pembanjiran, Teknik ini terdiri atas
pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian
penguatan.
-
Pekerjaan
Rumah (Home work), Teknik ini berbentuk suatu latihan/ tugas
rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi
tertentu,
|
12
|
Kelemahan
|
-
Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat
kemanusiaan.
-
Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap
kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu. Hal ini
memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang.
-
Cenderung
meminimalkan rasionalitas.
-
Kurang efisien dari segi waktu dan biaya
|
-
Terlalu
menekankan aspek afektif, emosional, perasaan
-
Sulit
bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
-
Terapi
menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif.
Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup
-
Tidak
bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah
-
Minim
teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya
|
-
Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment,
-
Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego.
|
-
Dalam
metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
-
Dalam
pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas.
-
Terlalu
percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan
oleh klien sendiri)
-
Memakan
waktu lama.
|
-
Kurangnya kesempatan bagi klien
untuk terlibat kreatif dengan keseluruhan penemuan diri atau aktualisasi diri
-
Kemungkinan
terjadi bahwa klien mengalami “depersonalized” dalam interaksinya
dengan konselor.
-
Bagi klien
yang berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka,
tidak dapat berharap banyak dari konseling behavioral.
|
13
|
Kelebihan
|
-
Penggunaan terapi wicara
-
Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat
manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
-
Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas
mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
-
Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk
melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber-sumber dan fungsi
simptomatologi.
|
-
Pemusatan
pada klien dan bukan pada terapist.
-
Lebih
menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
-
Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan
penemuan kuantitatif.
-
Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam
terapi
-
Menawarkan
perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
-
Klien
memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam
menyelesaiakan masalahnya.
|
-
Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang
Manusia.
-
Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.
-
Mudah Diobservasi.
-
Meningkatkan
Keterampilan Berkomunikasi
|
-
Teknik
ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan
dan kepercayaan diri.
-
Adanya
kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
-
Memanusiakan
manusia.
-
Bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
|
- Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena
mengundang penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses koseling
- Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai
hasil konseling yang dapat diukur
- Penekanan bahwa konseling hendaknya
memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan pada perilaku yang terjadi dimasa
datang
|
ANALSIS KASUS
MEMBOLOS DAN PERINGKAT BELAJAR RENDAH
DENGAN
TEORI DAN PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL
A.
MEMBOLOS
1.
Asumsi Permasalahan
Membolos adalah tidak
masuk tanpa ijin. Ini bisa diartikan
bahwa saat belajar mengajar
sedang berlangsung dengan sengaja siswa
tidak menghadirinya tanpa meminta
ijin terlebih dahulu kepada
guru yang bersangkutan.
Gejala siswa
yang sering membolos biasanya
ditandai dengan beberapa ciri yang
nampak, yaitu sering tidak
masuk sekolah, meninggalkan
sekolah sebelum jam pelajaran usai, tidak memperhatikan guru dalam menjelaskan
pelajaran, mempunyai tingkah laku
yang berlebih-lebihan (antara lain dalam berbicara maupun
dalam cara berpakaian). Untuk
bisa membantu mengatasi masalah siswa
yang sering membolos tersebut,
perlu memahami faktor-faktor
penyebabnya sehingga bantuan akan tepat sasaran.
Kemungkinan penyebab timbulnya anak
membolos disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: orang tua yang kurang perhatian terhadap
pendidikan anaknya, gurunya yang
kurang menyenangkan, pelajarannya
dianggap sulit, pengaruh buruk dari teman-temannya, siswa yang kurang
sadar arti pentingnya
pendidikan, dan siswa yang belum mempunyai rasa tanggung
jawab, dan perasaan rendah diri
Oleh karena itu dalam
setiap kegiatan belajar mengajar,
sikap guru sangat penting
untuk selalu berusaha mengembangkan
sikap rajin pada diri
siswa. Cara yang dapat
digunakan untuk menumbuhkan sikap
rajin di sekolah adalah
melalui tata tertib, anjuran dan
perintah, larangan,
disiplin, pemberitahuan, teguran, peringatan, hukuman serta ganjaran.
Disamping itu juga melalui layanan bimbingan dan konseling.
2.
Tujuan Konseling
Pendekatan konseling behavior mengarah pada perubahan
tingkah laku yang tujuannya adalah mencapai kehidupan yang
tanpa mengalami
kesulitan/hambatan perilaku,
yang dapat membuat ketidak puasan
dalam waktu yang panjang dan atau mengalami konflik
dengan kehadiran di sekolah. Secara khusus
mengubah perilaku salah dalam
penyesuaian adalah dengan cara-cara memperkuat
perilaku yang diharapkan dan
menjauhkan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan
cara-cara berperilaku yang tepat.
Terapi behavior mempunyai tujuan membantu klien untuk mendapatkan
tingkah laku yang baru dan meninggalkan tingkah
laku yang lama yang tidak
diinginkan.
Sejalan dengan
tujuan dari konseling behavior,
maka dalam penanganan individu
yang mengalami permasalahan sering membolos sekolah,
kiranya tepat dengan menggunakan
pendekatan model konseling behavior.
Karena dengan konseling behavior
dapat membantu klien untuk
mengubah tingkah lakunya dari
sering membolos sekolah menjadi
rajin masuk sekolah, yang
berarti klien mengalami perubahan
tingkah laku dari tingkah laku
negatif menjadi tingkah laku yan
positif.
3.
Peran Konselor
Proses konseling adalah proses belajar,
konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.Konselor aktif :
1.
Merumuskan masalah yang dialami klien dan
menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak
2.
Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab
atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam
konseling
3.
Konselor mengontrol proses konseling dan
bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
Deskripsi langkah-langkah konseling :
1.
Assesment, langkah awal yang
bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan
kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan
interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor
mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada
waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi
motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin
diubah.
2.
Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan
konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment
konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut
:
a)
Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang
dihadapi klien
b)
Klien mengkhususkan perubahan positif yang
dikehendaki sebagai hasil konseling
c)
Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang
telah ditetapkan klien :
- apakah merupakan tujuan yang benar-benar
dimiliki dan diinginkan klien;
- apakah tujuan itu realistic
- kemungkinan manfaatnya;
- kemungkinan kerugiannya
- Konselor dan klien membuat keputusan
apakahmelanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan,
mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.
3.
Technique implementation, yaitu
menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai
tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
4.
Evaluation termination, yaitu
melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan
mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
5.
Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik
untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
4.
Teknik Yang Digunakan
Teknik konseling behavioral didasarkan pada
penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku
bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru
(sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.
Berdasarkan berbagai
tehnik dalam konseling behavior,
tehnik Aversion Theraphy yang
sesuai untuk menangani tingkah laku siswa membolos, karena terapi aversi
ini digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk klien. Dan
tehnik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar
mengganti respon pada
stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus
tersebut (dari sering membolos
menjadi rajin sekolah). Dengan
melalui bantuan layanan
konseling, individu tersebut diharapkan
dapat terlepas dari permasalahan yang menghimpitnya,
sehingga individu tersebut
mampu mengembangkan
kemampuan serta potensinya secara
optimal.
B. NILAI BELAJAR RENDAH
1.
Asumsi permaslahan
Nilai belajar rendah termasuk dalam jenis kasus
masalah belajar, karena masalah ini berhubungan langsung dengan aktivitas
belajar konseli itu sendiri. Kasus yang dialami oleh konseli ini termasuk pada
tingkatan kasus sedang.
Prestasi
belajar siswa yang rendah bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya Faktor
Jasmani, Faktor psikologis ;Dapat berupa
intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan. Faktor kelelahan,
faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Oleh karena itu dalam
setiap kegiatan belajar mengajar,
sikap guru sangat penting
untuk selalu berusaha mengembangkan
faktor – faktor psikologis pada
diri siswa dengan berbagai cara,
salah satunya yaitu melalui pelayanan bimbingan dan konseling dengan pendekatan
Behavioral.
2.
Tujuan Konseling
Pendekatan konseling behavior mengarah pada perubahan
tingkah laku yang tujuannya adalah mencapai kehidupan yang
tanpa mengalami
kesulitan/hambatan perilaku, yang dapat
membuat ketidak puasan dalam
waktu yang panjang dan atau
mengalami konflik dengan kehadiran di sekolah. Secara khusus mengubah
perilaku salah dalam penyesuaian
adalah dengan cara-cara memperkuat
perilaku yang diharapkan dan
menjauhkan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu menemukan
cara-cara berperilaku yang tepat.
Terapi behavior mempunyai tujuan membantu klien untuk mendapatkan
tingkah laku yang
baru dan meninggalkan tingkah
laku yang lama yang tidak
diinginkan.
Sejalan dengan
tujuan dari konseling behavior,
maka dalam penanganan individu
yang mengalami permasalahan sering membolos sekolah,
kiranya tepat dengan menggunakan
pendekatan model konseling behavior.
Karena dengan konseling behavior
dapat membantu klien untuk
mengubah tingkah lakunya dari
sering membolos sekolah menjadi
rajin masuk sekolah, yang
berarti klien mengalami perubahan
tingkah laku dari tingkah laku
negatif menjadi tingkah laku yan
positif.
3.
Peran Konselor
Proses konseling adalah proses belajar,
konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.Konselor aktif :
a)
Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan
apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak
b)
Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas
kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam
konseling
c)
Konselor mengontrol proses konseling dan
bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
4.
Usaha mengatasi
Dalam usaha membantu mengatasi
masalah semacam ini diperlukan data yang lengkap, dengan berbagai metode
pengumpulan data yang komprehensif. Bertitik tolak dari
informasi / data yang masuk kita dapat memberikan usaha mengatasi kasus ini.
Dalam kasus belajar ini konselor merencanakan
akan menggunakan pendekatan behavior dalam menangani masalah ini. Pendekatan behavior adalah pendekatan
yang memandang masalah datang berdasarkan hasil belajar dari individu yang
salah. Tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar.
Langkah-langkah dalam konseling behavior adalah
sebagai berikut :
1)
Melakukan assessment
Analisis dalam pendekatan ini meliputi :
- Analisis tingkah laku yang bermasalah yang
dialami konseli saat ini. Tingkah laku yang dianalisis adalah tingkah laku yang
khusus. Dalam kasus ini analisis tingkah laku yang bermasalah bagi konseli
adalah sulit berkonsentrasi saat belajar.
- Analisis situasi yang di dalamnya masalah
konseli terjadi. Analisis ini mencoba mengidentifikasi peristiwa yang mengawali
tingkah laku dan mengikutinya (antecedent dan consequence) sehubungan dengan
masalah konseli.
- Analisis motivasional
- Analisis self control,
yaitu tingkatan kontrol diri konseli terhadap tingkah laku bermasalah
ditelusuri atas dasar bagaimana kontrol itu dilatih dan atas dasar
kejadian-kejadian yang menentukan keberhasilan self control.
- Analisis hubungan sosial,
yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan konseli diidentifikasi juga
hubungannya orang tersebut dengan konseli. Metode yang digunakan untuk mempertahankan
hubungan ini dianalisis juga.
- Analisis lingkungan fisik sosial budaya.
Analisis ini atas dasar norma-norma dan keterbatasan lingkungan.
2) Menetapkan
tujuan
Konselor
dan konseli menentukan tujuan konsleing dengan kesepakatan bersama berdasarkan
informasi yang telah disusun dan dianalisis.
3) Implementasi
teknik
Setelah
tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi belajar
yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan.
4) Evalusi
dan pengakhiran
Evaluasi
konsleing behavior merupakan proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas
dasar apa yang konseli perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar
untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik
yang digunakan.
Terminasi
meliputi :
-
Menguji apa yang konseli lakukan terakhir
-
Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling
tambahan
-
Membantu konseli mentransfer apa yang
dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli.
-
Memberi jalan untuk memantau secara terus
menerus tingkah laku
No comments:
Post a Comment