Thursday 31 January 2013

Komparasi Teori dan pendekatan Konseling


TUGAS AKHIR
KOMPARASI 5 TEORI & PENDEKATAN KONSELING
(PSIKOANALISIS, PCT, AT, EKSISTENSIAL HUMANISTIK DAN Bh)
DAN
ANALISIS KASUS
Disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Teori dan Pendekatan Konseling
Dosen Pembimbing : Ida Salasaningsih, S.Pd. Kons

Oleh :
WIANTO / BKI III
NIM :
2011143320188


PROGRAM STUDI
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ATTANWIR
BOJONEGORO
2013


KOMPARASI 5 PENDEKATAN TEORI KONSELING
PSIKOANALISA, PERSON CENTERED THERAPY, ANALISIS TRANSAKSIONAL, EKSISITENSIAL-HUMANISTIK, DAN BEHAVIORAL
No
Aspek
Teori dan pendekatan Konseling
psikoanalisa
Person centered therapy
Analisis transaksional
Eksistensial-Humanistik
Behavioral
1
Tokoh
Sigmund Freud
Carl Person Rogers
Eric Berne
Abraham Maslow
John B. Watson
2
Hakikat Manusia
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah
-   Manusia cenderung untuk melakukan aktualisasi diri
-   Manusia pada dasarnya bermanfaat
-   Secara mendasar manusia itu baik dan dapat dipercaya, konstruktif tidak merusak dirinya.
-   Manusia pada dasarnya aktif, bukan pasif
-   Kehidupan manusia bukanlah sesuatu yang telah ditentukan (anti deterministik)
-   Hekekat manusia selalu ditempatkan dalam interaksi sebagai dasar pertumbuhan dirinya.
-   Manusia dapat ditingkatkan, dikembangkan dan diubah secara langsung
-   Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan.
-   Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.
Hakikat manusia dalam pandangan para behaviorist adalah pasif dan mekanistis,
Manusia memulai kehidupnya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya,dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk  kepribadian.
3
Struktur kepribadian
Menurut pandangan Psikoanalisis, struktur kepribadian manusia tersusun secara struktural, dimana terdapat subsistem yang berinteraksi secara dinamis, yaitu id, ego, dan superego.

Rogers mengungkapkan bahwa terdapat tiga unsur yang sangat esensial dalam hubungannya dengan kepribadian, yaitu self, medan fenomenal, dan organisme.
Menuruut Berne manusia memiliki berbagai bentuk kondisi ego, yaitu unsur  kepribadian yang terstruktur dan merupakan satu kesatuan yang utuh. struktur kepribadian itu terdiri dari 3 status ego yaitu ; ego orang tua, ego dewasa dan ego anak.
Dalam teori ini tidak menjelaskan struktur kepribadian seperti pada pendekatan lain.
Kaum behavioris tidak menjelaskan struktur kepribadian seperti pada aliran lain, tetapi menurut teori kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah perilaku organisme itu sendiri.
4
Pribadi sehat
-   Orang yang bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah
-   Dapat mengatasi kecemasan dan tekanan yang ada dalam hidupnya
-   Kinerja yang seimbang antara id, ego dan super ego
-   Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
-   Menerima dengan senang hati hadirnya ketidakpastian dalam hidup.
-   Mempunyai kepedulian yang tulus pada orang lain.
-   Mempunyai sikap yang terbuka terhadap hidup.
-   Mempercayai diri sendiri
-   Adanya keselarasan atau kongruensi antara organisme, ideal self, dan self concept.
-   Memiliki posisi kehidupan I’M ok – You ‘re OK
-   Status ego berfungsi secara tepat
-   Relatif bebas dari script
-   Memahami dirinya dan orang lain

Pribadi sehat menurut pandangan eksistensial  yaitu mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran bisa berfungsi secara penuh.

-   Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.
-   Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
-   bertingkah laku dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan.
-   Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
-   Mempunyai self control yang memadai
5
Pribadi bermasalah
-   Individu bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan
-   Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
-   Masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi atau proses belajar yang tidak benar pada masa anak-anak
-   Adanya dinamika yang tidak efektif antar super ego.

-   kesenjangan antara ideal self dan self concept,
-   kesenjangan antara self concept dan organisme,
-   Tidak mampu mempersepsi dirinya, orang lain secara objektif
-   Tidak terbuka terhadap semua pengalaman yang mengancam konsep dirinya,
-   Tidak mampu mengembangkan dirinya kearah aktualisasi diri
-   Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re OK
-   Posisi kehidupan I’am OK – You ‘re not OK
-   Posisi kehidupan I’am not OK – You ‘re not OK
-   Kontaminasi status ego
-   Eksklusi (batas status ego yang kaku)

Pribadi yang bermasalah menurut pandangan eksistensial-Humanistik yaitu tidak mampu memfungsikan dimensi-dimensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga kesadaran tidak berfungsi secara penuh. Diantaranya ; inkongruen, negatif, tidak dapat dipercaya, tidak dapat memahami diri sendiri, bermusuhan dan kurang produktif.

- Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
- Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
- Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan lingkungan
- Tingkah laku yang tidak wajar  yang kemudian menimbulkan konflik dengan lingkungan.
6
Hakikat konseling
Dalam pendekatan psikonanalisis hakikat konseling adalah agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego. Konseling dalam pandangan psikoanalisis adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih rasional.
Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep mengenai diri, aktualisasi diri, konsep inti konseling berpusat pada klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Hakikat Konseling dalam pendekatan Analisis transaksional yaitu perancangan status ego klien dalam bertransaksi sehingga klien mampu mempromosikan dirinya dengan tepat.serta berupaya untuk merangsang rasa tanggung jawab pribadi klien atas tingkah lakunya sendiri, pemikiran yang logis,dan rasional,
Hakikat konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien.




Hakikat konseling menurut Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal, emosional, dan pengambilan keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru yang sesuai.
7
Tujuan konseling
Tujuan konseling psikoanalisis adalah membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar dalam diri klien (Corey, 1977, p. 38).
Secara ideal tujuan konseling berpusat pada person tidak terbatas oleh tercapainya pribadi yang kongruensi saja. Bagi Rogers tujuan konseling pada dasarnya sama dengan tujuan kehidupan ini, yaitu apa yang disebut dengan fully functioning person, yaitu pribadi yang berfungsi sepenuhnya.
Tujuan konseling AT adalah agar klien mampu menggunakan status egonya dengan tepat, dan klien terbebas dari posisi hidup yang kurang cocok serta menggantinya dengan rencana hidup yang baru yang lebih produktif.
Menurut Gerald Corey, (1988:56) ada beberapa tujuan konseling Eksistensial humanistik antara lain : Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.

Sesuai dengan namanya maka tujuan konseling behavioral yaitu membantu menciptakan kondisi dan lingkungan baru agar klien mampu belajar merubah perilakunya dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi.

8
Sikap, peran dan tugas konselor
Karakteristik konselor dalam psikoanalisa adalah membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit saja perasaan dan pengalaman pribadinya kepada konseli. Peran utama konselor dalam konseling ini adalah membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis,
Menurut Rogers, sikap yang harus dimiliki konselor adalah kejujuran/ketulusan (kongruensi), sikap positif yang tidak bersyarat dan pemahaman empati yang akurat. Dan secara umum tugas dari konselor adalah menciptakan suasana konseling yang memfasilitasi pertumbuhan kepribadian konseli, sedangkan fungsi dari konselor adalah sebagai fasilitator, motivator, reflektor, dan model bagi konselinya.
Konselor  dalam AT berperan sebagai guru, pelatih, narasumber dan sebagai fasilitator yang bersikap Terbuka, tanggung jawab, Hangat, perhatian dan Tulus.
Sebagai guru, konselor menerangkan konsep-konsep seperti analisis struktural, analisis transaksional analisis skenario, dan analisis permainan.
Sebagai pelatih, konselor mendorong dan mengajari agar klien mempercayai ego dewasanya sendiri,
-  Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
-  Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien.
-  Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandagan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
-  Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.

Konselor dalam behavior therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor secara khusus diantaranya :
-    Merumuskan masalah yang dialami klien
-    Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling,
-    Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
9
Sikap, peran dan tugas konseli
Konseli harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif, dan melakukan asosiasi bebas dengan mengatakan segala sesuatu yang terlintas dalam pikirannya. Pada kasus-kasus tertentu konseli diminta secara khusus untuk tidak mengubah gaya hidupnya selama proses konseling.
Agar proses konseling dapat mencapai perubahan pribadi konseli yang diinginkan, maka diperlukan beberapa kondisi yang seharusnya ada pada konseli, yaitu adanya kesediaan konseli secara sukarela untuk menerima bantuan dan dapat bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dapat mengungkapkan perasaan tertekannya dengan baik dan konseli dan konselor harus bisa menciptakan suasana yang kondusif dalam proses konseling.
Sikap,Peran dan Tugas Klien
-     Klien mampu dan bersedia memahami dan menerima kontrak konseling
-     Klien harus aktif dalam proses konseling
-     Klien memperlihatkan kesediaan untuk berubah dg benar-benar berbuat.

Dalam terapi eksistensial, klien mampu mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya.dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia harus memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-kecemasan apa yang akan dieksplorasikan.Melalui proses terapi, klien bisa mengeksplorasi alternatif-alternatif guna membuat pandangan-pandangannya menjadi riel.
Dalam konseling behavioral klien dan konselor aktif terlibat di dalamnya. Klien secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting klien dalam konseling adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya
10
Tahapan konseling
-   Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
-   Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi.
-   Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya.
-   Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
-   Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
-   Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi
-   Menutup wawancara konseling.
-   Tahap Perkenalan
Dalam tahap perkenalan, konselor memulai percakapan.
-   Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, konseli dituntun untuk berbicara secara terbuka tentang apapun yang mereka rasakan saat itu
-   Tahap Akhir (Terminasi)
Pada tahap ini pemimpin tidak diperlukan lagi. Apabila kelompok telah berjalan secara efektif, maka untuk sekarang kelompok telah bergerak dan dapat menggambarkan potensi-potensi dirinya untuk digunakan dalam kelompok. Dalam tahap akhir ini konselor mengakhiri percakapan.
-   Pada bagian pendahuluan digunakan untuk menentukan kontrak dengan klien, baik mengenai masalah maupun tanggung jawab kedua pihak.
-   Pada bagian kedua baru mengajarkan Klien tentang ego statenya dengan diskusi bersama Klien
-   Kemudian membuat kontrak yang dilakukan oleh klien sendiri, yang berisikan tentang apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan melangkah kearah tujuan yang telah ditetapkan
-   Setelah kontrak ini selesai, baru kemudian konselor bersama klien menggali ego state dan memperbaikinya sehingga terjadi dan tercapainya tujuan konseling.




-    Tahap pendahuluan Konselor membantu konseli dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka  tentang  dunia.
-    Pada tahap tengah dari konseling eksistensial
-          Konseli  didorong  semangatnya  untuk  lebih  dalam  lagi meneliti  sumber dan otoritas dari sistem nilai mereka.
-   Tahap terakhir dari Konseling  eksistensial  berfokus  pada menolong  konseli  untuk  bisa melaksanakan apa yang  telah mereka pelajari  tentang diri mereka sendiri.

-   Tahap  Penilaian (Assesmen), Yaitu memahami karakteristik klien beserta permasalahannya secara utuh
-   Tahap Penetapan tujuan (Goal setting), Yaitu menetapkan tujuan konseling berdasarkan analisis dari berbagai informasi/data.
-   Tahap Penerapan teknik  (Techniques implementation), Yaitu penerapan ketrampilan dan teknik-teknik konseling (merubah perilakunya).
-   Tahap evaluasi dan terminasi (Evaluation and Termination), Yaitu tahapan untuk mengetahui perubahan perilaku klien sebagai tolok ukur proses konseling berlangsung.
11
Teknik-teknik konseling
-   Asosiasi Bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikirannya sehari-hari, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
-   Interpretasi
Yaitu teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
-   Analisis Mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
-   Analisis Resistensi
Analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
-   Analisis Transferensi
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya
-   Rapport, yaitu teknik yang bertujuan untuk membuat pendekatan dan hubungan yang baik dengan konseli
-   Teknik klarifikasi, yaitu suatu cara konselor untuk menjernihkan dan meminta konseli untuk menjelaskan hal-hal yang dikemukakan oleh kepada konselor.
-   Teknik refleksi, (isi dan perasaan) yaitu usaha konselor untuk memantulkan kembali hal-hal yang telah dikemukakan konseli (isi pembicaraan)
-   Teknik “free expression” yaitu memberikan kebebasan kepada klien untuk berekspresi, terutama emosinya,
-   Teknik “silence”, yaitu kesempatan yang berharga diberikan oleh terapis kepada klien untuk meninjau kembali pengalaman dan ekspresinya yang lampau
-   Teknik transference” 
yaitu ketergantungan konseli kepada konselor. Hal ini dapat terjadi pada awal terapi, tapi bukan merupakan dasar untuk kemajuan terapi.





-   Analisis struktur maksudnya adalah analisis terhadap status ego yang menjadi dasar struktur kepribadian klien
-   Analisis transaksional
Konselor menganalisis pola transaksi dalam kelompok, sehingga konselor dapat mengetahui ego
-   Analisis Mainan
Konselor menganalisis suasana permainan yang diikuti oleh klien untuk mendapat sentuhan, setelah itu dilihat apakah klien mampu menanggung resiko atau malah bergerak kearah resiko yang tingkatnya lebih rendah.
-   Analisis Skript
Analisis Skript ini merupakan usaha konselor untuk mengenal proses terbentuknya skript yang dimiliki klien.
Teori eksistensial humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teoriGestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.
-   Desentisasi sistematik (Systematic desensitization )
-   Latihan Asertif (Assertive training), yaitu konseling yang menitik beratkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya
-   Terapi Aversi (Aversion therapy ), Teknik ini bertujuan untuk menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku yang positif.
-   Terapi implosif dan pembanjiran, Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian penguatan.
-   Pekerjaan Rumah (Home work), Teknik ini berbentuk suatu latihan/ tugas rumah bagi klien yang kurang mampu menyesuaikan diri terhadap situasi tertentu,
12
Kelemahan
-   Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
-   Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh  masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah  tanggung jawab individu berkurang.
-   Cenderung meminimalkan rasionalitas.
-   Kurang efisien dari segi waktu dan biaya
-   Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan
-   Sulit bagi therapist untuk bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
-   Terapi  menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup
-   Tidak bisa digunakan pada penderita psikopatology yang parah
-   Minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya
-   Kurang Efisien terhadap Kontrak Treatment,
- Subyektif dalam Menafsirkan Status Ego.

-    Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal
-    Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas.
-    Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
-    Memakan waktu lama.

-   Kurangnya kesempatan bagi klien untuk terlibat kreatif dengan keseluruhan penemuan diri atau aktualisasi diri
-   Kemungkinan terjadi bahwa klien mengalami “depersonalized” dalam interaksinya dengan konselor.
-   Bagi klien yang berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka, tidak dapat berharap banyak dari konseling behavioral.

13
Kelebihan
-   Penggunaan terapi wicara
-   Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
-   Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
-   Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.
-   Pemusatan pada klien dan bukan pada terapist.
-   Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
-   Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
-   Penekanan emosi, perasaan, perasaan dan afektif dalam terapi
-   Menawarkan perspektif yang lebih up-to-date dan optimis
-   Klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya.
-   Punya Pandangan Optimis dan Realistis tentang Manusia.
-   Penekanan Waktu Sekarang dan Di sini.
-   Mudah Diobservasi.
-   Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi

-      Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri.
-      Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
-      Memanusiakan manusia.
-      Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.

-      Mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan ilmu pengetahuan kepada proses koseling
-      Mengembangkan perilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur
-      Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan pada perilaku yang terjadi dimasa datang


ANALSIS KASUS
MEMBOLOS DAN PERINGKAT BELAJAR RENDAH
DENGAN
TEORI DAN PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL
A.    MEMBOLOS
1.      Asumsi Permasalahan
Membolos adalah tidak masuk tanpa ijin. Ini bisa diartikan  bahwa  saat belajar mengajar sedang berlangsung dengan  sengaja  siswa  tidak menghadirinya  tanpa  meminta  ijin terlebih  dahulu  kepada  guru  yang bersangkutan.
Gejala  siswa  yang  sering membolos biasanya ditandai dengan beberapa  ciri  yang  nampak,  yaitu sering  tidak  masuk  sekolah, meninggalkan sekolah sebelum jam pelajaran usai, tidak memperhatikan guru dalam menjelaskan pelajaran, mempunyai  tingkah  laku  yang berlebih-lebihan (antara lain dalam berbicara  maupun  dalam  cara berpakaian). Untuk bisa membantu mengatasi  masalah  siswa  yang sering  membolos  tersebut,  perlu memahami  faktor-faktor penyebabnya  sehingga  bantuan akan tepat sasaran.
Kemungkinan  penyebab timbulnya  anak  membolos disebabkan  oleh  beberapa  faktor, antara lain: orang tua yang kurang perhatian  terhadap  pendidikan anaknya,  gurunya  yang  kurang menyenangkan,  pelajarannya dianggap sulit, pengaruh buruk dari teman-temannya, siswa yang kurang sadar  arti  pentingnya  pendidikan, dan siswa yang belum mempunyai rasa  tanggung  jawab,  dan perasaan rendah  diri 
Oleh karena itu dalam setiap kegiatan  belajar  mengajar,  sikap guru  sangat  penting  untuk  selalu berusaha  mengembangkan  sikap rajin  pada  diri  siswa.  Cara  yang dapat  digunakan  untuk menumbuhkan  sikap  rajin  di sekolah  adalah  melalui  tata  tertib, anjuran  dan  perintah,  larangan, disiplin,  pemberitahuan,  teguran, peringatan, hukuman serta ganjaran. Disamping itu juga melalui layanan bimbingan dan konseling.
2.      Tujuan Konseling
Pendekatan  konseling behavior mengarah pada perubahan tingkah laku yang tujuannya adalah mencapai kehidupan  yang  tanpa mengalami  kesulitan/hambatan perilaku,  yang  dapat  membuat ketidak  puasan  dalam  waktu  yang panjang dan atau mengalami konflik dengan kehadiran di sekolah. Secara khusus  mengubah  perilaku  salah dalam  penyesuaian  adalah  dengan cara-cara  memperkuat  perilaku yang  diharapkan  dan  menjauhkan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu  menemukan  cara-cara berperilaku  yang  tepat.  Terapi behavior  mempunyai  tujuan membantu klien untuk mendapatkan tingkah  laku  yang  baru  dan meninggalkan  tingkah  laku  yang lama yang tidak diinginkan.
Sejalan  dengan  tujuan  dari konseling  behavior,  maka  dalam penanganan  individu  yang mengalami  permasalahan  sering membolos  sekolah,  kiranya  tepat dengan  menggunakan  pendekatan model  konseling  behavior.  Karena dengan  konseling  behavior  dapat membantu  klien  untuk  mengubah tingkah  lakunya  dari  sering membolos  sekolah  menjadi  rajin masuk  sekolah,  yang  berarti  klien mengalami perubahan tingkah laku dari  tingkah  laku  negatif  menjadi tingkah laku yan positif.
3.      Peran Konselor
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.Konselor aktif :
1.      Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak
2.      Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
3.      Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
Deskripsi langkah-langkah konseling :
1.      Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
2.      Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a)      Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien
b)      Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling
c)      Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien :
-     apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien;
-     apakah tujuan itu realistic
-     kemungkinan manfaatnya;
-     kemungkinan kerugiannya
-     Konselor dan klien membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.
3.      Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
4.      Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
5.      Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
4.      Teknik Yang Digunakan
Teknik konseling behavioral didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan dapat dibentuk.
Berdasarkan  berbagai  tehnik dalam  konseling  behavior,  tehnik Aversion  Theraphy  yang  sesuai untuk menangani tingkah laku siswa membolos, karena terapi aversi ini digunakan  untuk  menghilangkan kebiasaan buruk klien. Dan tehnik ini  dimaksudkan  untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengganti  respon  pada  stimulus yang  disenanginya  dengan kebalikan  stimulus  tersebut  (dari sering  membolos  menjadi  rajin sekolah).  Dengan  melalui  bantuan layanan konseling, individu tersebut diharapkan  dapat  terlepas  dari permasalahan yang menghimpitnya, sehingga  individu  tersebut  mampu mengembangkan  kemampuan  serta potensinya secara optimal.

B.     NILAI BELAJAR RENDAH
1.      Asumsi permaslahan
Nilai belajar rendah termasuk dalam jenis kasus masalah belajar, karena masalah ini berhubungan langsung dengan aktivitas belajar konseli itu sendiri. Kasus yang dialami oleh konseli ini termasuk pada tingkatan kasus sedang.
Prestasi belajar siswa yang rendah bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya Faktor Jasmani,  Faktor psikologis ;Dapat berupa intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan. Faktor kelelahan, faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Oleh karena itu dalam setiap kegiatan  belajar  mengajar,  sikap guru  sangat  penting  untuk  selalu berusaha  mengembangkan  faktor – faktor psikologis pada  diri  siswa dengan berbagai cara, salah satunya yaitu melalui pelayanan bimbingan dan konseling dengan pendekatan Behavioral.
2.      Tujuan Konseling
Pendekatan  konseling behavior mengarah pada perubahan tingkah laku yang tujuannya adalah mencapai kehidupan  yang  tanpa mengalami  kesulitan/hambatan perilaku,  yang  dapat  membuat ketidak  puasan  dalam  waktu  yang panjang dan atau mengalami konflik dengan kehadiran di sekolah. Secara khusus  mengubah  perilaku  salah dalam  penyesuaian  adalah  dengan cara-cara  memperkuat  perilaku yang  diharapkan  dan  menjauhkan perilaku yang tidak diharapkan serta membantu  menemukan  cara-cara berperilaku  yang  tepat.  Terapi behavior  mempunyai  tujuan membantu klien untuk mendapatkan tingkah  laku  yang  baru  dan meninggalkan  tingkah  laku  yang lama yang tidak diinginkan.
Sejalan  dengan  tujuan  dari konseling  behavior,  maka  dalam penanganan  individu  yang mengalami  permasalahan  sering membolos  sekolah,  kiranya  tepat dengan  menggunakan  pendekatan model  konseling  behavior.  Karena dengan  konseling  behavior  dapat membantu  klien  untuk  mengubah tingkah  lakunya  dari  sering membolos  sekolah  menjadi  rajin masuk  sekolah,  yang  berarti  klien mengalami perubahan tingkah laku dari  tingkah  laku  negatif  menjadi tingkah laku yan positif.
3.      Peran Konselor
Proses konseling adalah proses belajar, konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.Konselor aktif :
a)      Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak
b)      Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
c)      Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.

4.      Usaha mengatasi
Dalam usaha membantu mengatasi masalah semacam ini diperlukan data yang lengkap, dengan berbagai metode pengumpulan data yang komprehensif. Bertitik tolak dari informasi / data yang masuk kita dapat memberikan usaha mengatasi kasus ini.
Dalam kasus belajar ini konselor merencanakan akan menggunakan pendekatan behavior dalam menangani masalah ini. Pendekatan behavior adalah  pendekatan yang memandang masalah datang berdasarkan hasil belajar dari individu yang salah. Tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar.
Langkah-langkah dalam konseling behavior adalah sebagai berikut :
1)      Melakukan assessment
Analisis dalam pendekatan ini meliputi :
-     Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini. Tingkah laku yang dianalisis adalah tingkah laku yang khusus. Dalam kasus ini analisis tingkah laku yang bermasalah bagi konseli adalah sulit berkonsentrasi saat belajar.
-     Analisis situasi yang di dalamnya masalah konseli terjadi. Analisis ini mencoba mengidentifikasi peristiwa yang mengawali tingkah laku dan mengikutinya (antecedent dan consequence) sehubungan dengan masalah konseli.
-     Analisis motivasional
-     Analisis self control, yaitu tingkatan kontrol diri konseli terhadap tingkah laku bermasalah ditelusuri atas dasar bagaimana kontrol itu dilatih dan atas dasar kejadian-kejadian yang menentukan keberhasilan self control.
-     Analisis hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan konseli diidentifikasi juga hubungannya orang tersebut dengan konseli. Metode yang digunakan untuk mempertahankan hubungan ini dianalisis juga.
-     Analisis lingkungan fisik sosial budaya. Analisis ini atas dasar norma-norma dan keterbatasan lingkungan.
2)      Menetapkan tujuan
Konselor dan konseli menentukan tujuan konsleing dengan kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis.
3)      Implementasi teknik
Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan.
4)      Evalusi dan pengakhiran
Evaluasi konsleing behavior merupakan proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas dasar apa yang konseli perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan.
Terminasi meliputi :
-       Menguji apa yang konseli lakukan terakhir
-       Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan
-       Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli.
-       Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku 


No comments:

Post a Comment