Strategi pelaksanaan BK perlu dirancang secara komprehensif untuk menjawab kebutuhan peserta didik dengan mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki satuan pendidikan. Desain strategi ini dapat berupa program baru, penguatan program yang ada, atau mengubah program yang ada dengan tujuan yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Layanan BK dilakukan dengan memahami peserta didik sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya, dan perlu ada strategi diferensiasi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam.
Berbagai layanan BK bertujuan untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik agar mampu memelihara dirinya secara efektif, independen,
kreatif dan bertanggung jawab di dalam kehidupan dan budayanya. Sesuai dengan
prinsip inklusif layanan BK adalah hak semua peserta didik. Jika satuan
pendidikan tidak memiliki Guru BK atau guru yang memiliki latar belakang
pendidikan BK, tugas dan peran BK dapat diampu oleh wali kelas atau pendidik lain
yang ditugaskan oleh pimpinan satuan pendidikan, dengan tetap terus
mengupayakan ketersediaan Guru BK yang memadai.
Beberapa peran yang dapat diampu Guru BK, sebagaimana
diadaptasi dari The Texas Model for
Comprehensive
School Counseling (2018), adalah sebagai berikut:
1. Pengelola
program. Guru BK bersama wali kelas atau guru mapel merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi layanan secara kolaboratif dalam rangka memenuhi dimensi dan
elemen profil pelajar Pancasila.
2. Pembimbing.
Guru BK membimbing peserta didik untuk mengenal diri, memfasilitasi
perkembangan dan pertumbuhan, penyesuaian diri, serta pengembangan potensi dan
minat secara optimal.
3. Penilai.
Dalam ruang lingkup praktik layanan, Guru BK menggunakan alat penilaian formal
dan informal, dan dapat menjalin kemitraan dengan psikolog atau tenaga ahli lainnya
untuk menafsirkan hasil tes dalam rangka pengambilan keputusan rencana
pengembangan peserta didik.
4. Konselor.
Guru BK membuka akses praktik konseling bagi para peserta didik guna membantu
penyelesaian masalah, penyembuhan, perbaikan, dan pencegahan masalah yang
terkait dengan kehidupan pribadi, belajar, sosial, maupun karir.
5. Konsultasi.
Guru BK memberikan informasi tentang perkembangan potensi, minat dan kebutuhan
lainnya kepada peserta didik, wali kelas, dan orang tua/ wali dalam rangka
pencapaian profil pelajar Pancasila.
6. Koordinasi.
Untuk mendukung pengembangan akademik, dan karir masa depan peserta didik
secara optimal, Guru BK dapat bekerja sama dengan bidang akademik di sekolah, keluarga,
dan masyarakat.
Satuan pendidikan yang tidak memiliki guru BK atau guru
yang telah mengikuti pelatihan BK perlu berkoordinasi dengan pakar untuk
menjalankan peran yang membutuhkan kompetensi khusus seperti konseling,
penggunaan instrumen, analisis psikologis, dan lain-lain.
Terdapat 4 (empat) komponen besar dalam layanan bimbingan
dan konseling yang meliputi:
1. Layanan
Dasar
Layanan
dasar ditujukan bagi semua peserta didik bersifat preventif dan developmental. Implementasinya
dapat dilaksanakan secara klasikal dalam kelas besar (minimal 1 JP) atau di
luar kelas secara terbuka dengan alat bantu/media tertentu, dan/atau dilakukan
secara berkelompok 4-8 orang peserta didik dengan membahas topic topik aktual.
2. Layanan
Peminatan dan Perencanaan Individual
Layanan
peminatan dan perencanaan individual dapat dilakukan secara klasikal melalui
bentuk bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan/atau secara pribadi melalui
konseling individual dan layanan konsultasi. Umumnya layanan ini juga
memerlukan kolaborasi dengan tim kurikulum, wali kelas, guru maple atau dapat
melibatkan orang tua untuk mendiskusikan tentang arah dan pilihan minat anaknya
3. Layanan
Responsif
Berbeda
dengan layanan dasar dan layanan peminatan, layanan responsif dirancang untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik yang memerlukan penanganan mendesak dan segera. Layanan
responsif diberikan dengan tujuan menuntaskan masalah yang dialami peserta
didik. Layanan ini dapat dilakukan melalui bentuk konseling individual,
konseling kelompok, dan konseling krisis yang sewaktu-waktu dapat didukung oleh
tindakan referal ahli, atau mediasi yang berkolaborasi dengan orang tua.
4. Layanan
Dukungan Sistem
Dukungan
sistem merupakan jenis layanan yang terkait dengan kegiatan manajemen, tata
kerja infrastruktur, dan pengembangan profesionalisme Guru BK atau konselor secara
berkelanjutan dalam mendukung proses memberikan bantuan kepada peserta didik.
Secara umum, setiap layanan ini dilakukan melalui siklus
berikut :
Terlaksananya bentuk dan siklus tahapan dari keempat layanan
tersebut diatas diharapkan dapat membantu peserta didik untuk mencapai perkembangan
optimal yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku selaras dengan profil pelajar
Pancasila. Sehingga dalam implementasinya, pelaksanaan layanan dapat berkolaborasi
dengan guru kelas atau guru mapel dan koordinator projek penguatan profil pelajar
Pancasila dalam intrakurikuler atau dalam projek. Masing-masing implementasi layanan
dijelaskan pada sub-bab berikut ini.
1.
Layanan Dasar
Layanan dasar merupakan proses membantu peserta didik
secara sistematis untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan peserta didik
sesuai tugas perkembangannya dan dalam mencapai profil pelajar Pancasila sesuai
fasenya. Layanan ini dapat diberikan dalam kelompok besar, kelompok kecil, atau
individu. Tujuan layanan dasar ini salah satunya agar peserta didik dapat
memperoleh pemahaman tentang berbagai isu pribadi, belajar, dan sosial,
termasuk perundungan, kekerasan seksual/pelecehan, dan intoleransi. Hal
tersebut untuk mencegah terjadinya tiap bentuk kekerasan di satuan pendidikan.
Layanan dasar ini bersifat preventif, termasuk juga untuk membantu peserta
didik baru melalui masa orientasi.
Untuk memberikan layanan dasar sesuai dengan kebutuhan,
Guru BK berkoordinasi dengan pendidik dan tenaga kependidikan untuk :
1. Membuat pemetaan kebutuhan.
Pada dasarnya, peserta didik memiliki situasi dan kondisinya masing-masing.
Idealnya, situasi peserta didik dapat ditangani dengan dampingan wali kelas dan
guru mapel. Namun, dilihat dari jenis situasi, ada peserta didik yang perlu
diamati khusus dan ditangani secara lebih spesifik. Situasi inilah yang perlu
dipetakan oleh peran BK. Pemetaan kebutuhan dapat dilakukan melalui pengamatan
atau observasi, atau menggunakan berbagai instrumen yang sesuai dengan
kebutuhan, termasuk survei atau angket. Pemetaan ini dapat mencakup berbagai
kebutuhan peserta didik, seperti aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Pemetaan kebutuhan juga dapat menggunakan elemen atau sub elemen dari profil
pelajar Pancasila.
2. Membuat analisis kebutuhan.
Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan peserta didik, dipilih topik yang berlaku
umum di setiap fase (misalnya sebagian besar peserta didik membutuhkan
pengembangan di topik tersebut). Satuan pendidikan juga dapat memetakan
kebutuhan peserta didik berdasarkan dimensi, sub elemen, atau elemen dari
profil pelajar Pancasila yang perlu dikembangkan.
3. Membuat perencanaan layanan
dalam bentuk tahunan lalu menurunkannya menjadi perencanaan operasional
tahunan, bulanan sampai mingguan dengan alokasi sesuai kebutuhan. Selain
menentukan topik dan jenis layanan untuk masing-masing komponen, satuan pendidikan
dapat memetakan topik-topik yang penting untuk menjadi perhatian seluruh
pendidik. Misalnya topik tentang intoleransi dan perundungan perlu disosialisasikan
kepada seluruh pendidik agar mereka dapat lebih memperhatikan dan memberikan
respons yang tepat saat ada kejadian yang berkaitan.
4. Pelaksanaan program atau kegiatan. Program
atau kegiatan dapat memanfaatkan berbagai metode dan media berdasarkan topik
yang sudah direncanakan. Penting bagi peserta didik untuk melakukan refleksi
pada akhir kegiatan untuk menguatkan pemahaman mereka atas topik yang dibahas.
Beberapa pendekatan yang dapat dipakai saat melakukan refleksi antara lain:
a. Memberikan
pemantik berdasarkan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan peserta didik sesuai
dengan tahapan perkembangannya, sehingga peserta didik merasakan keterkaitan
antara dirinya dengan topik bahasan.
b. Peserta
didik dapat melakukan bermain peran ketika melakukan refleksi untuk menumbuhkan
rasa empati atau mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terhadap satu
situasi tertentu.
c. Menggunakan
pertanyaan terbuka yang terarah, sesuai dengan konteks topik bahasan, untuk
mendorong peserta didik memberikan tanggapan secara deskriptif yang membutuhkan
ekspresi jawaban pelajar lebih panjang dan mendalam.
d. Pendidik
perlu peka terhadap kebutuhan-kebutuhan individu ketika ada peserta didik yang
mengalami situasi atau memiliki pemahaman yang berbeda dengan teman-teman sekelasnya.
Untuk itu pendidik perlu melakukan pendekatan individu agar tujuan dari layanan
ini tercapai.
5. Evaluasi program atau kegiatan.
Setelah program atau kegiatan ini berlangsung, satuan pendidikan melalui Guru
BK dan/ atau pendidik lain yang terlibat perlu melakukan evaluasi dan refleksi
program guna memastikan pelaksanaan program telah sesuai dengan tujuan.
Terkadang diperlukan kegiatan atau program lanjutan sebagai respons dari
kebutuhan peserta didik.
To be Continued …
Sumber : BSKAP,
Kemdikbudristek, Implementasi Bimbingan Dan
Konseling Untuk Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2022
No comments:
Post a Comment