BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan pendapat ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan
tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian terbentuk dari
pengalaman-pengalaman yang telah dialaluinya. Bahkan sejak dari kandungan pun
telah menerima berbagai pengaruh terhadap kelakuan dan kesehatan mental. Untuk
itulah perlu adanya bimbingan dan pengajaran serta penanaman nilai-nilai agama
Islam dan pembiasaan-pembiasaan yang baik sejak lahir. Hal tersebut dimaksudkan
agar dapat membentuk kepribadian manusia yang berakhlak karimah yang sesuai
dengan ajaran agama. Karena kepribadian merupakan kebiasaan yang mendapatkan
keterampilan-keterampilan gerak dan kemampuan untuk meggunakan secara sadar.
Islam merupakan sumber utama dalam membentuk pribadi seorang
muslim yang baik. Dengan berlandasankan Al-Quran dam As-Sunnah, Islam
mengarahkan dan membimbing manusia ke jalan yang diridhoi-Nya dengan
membentuk kepribadian yang berakhlak karimah. Sebagaimana sabda Rosulullah
SAW: sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.Nabi
diutus oleh Allah untuk membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang
hakiki dan juga sebagai figur konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan
berbagai permasalahan yang berkaitan dnegan jiwa manusia agar manusia terhindar
dari segala sifat-sifat yang negatif.
Oleh karena itu, manusia diharapkan dapat saling memberikan
bimbingan sesuai dengan kapasitasnya, sekaligus memberikan konseling agar tetap
sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Dengan
pendekatan Islami, maka pelaksanaan konseling akan mengarahkan klien kearah
kebenaran dan juga dapat mebimbing dan mengarahkan hati, akal dan nafsu manusia
untuk menuju kepribadian yang berkhlak karimah yang telah terkristalisasi oleh
nilai-nilai ajaran Islam. Dan hal ini perlu diperhatikan oleh seorang guru
untuk menunjang kesuksesan pendidikan Islam disekolah maupun madrasah dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling untuk mengentaskan berbagai permasalahan
yang dihadapi oleh peserta didik serta mengarahkannya untuk membentuk insan
kamil yang memiliki kepribadian berakhlak karimah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
dalam Islam
Kata bimbingan dan konseling merupakan pengalihan bahasa
dari istilah Inggris guidance and counseling. Pengertian Bimbingan
secara etimologi adalah menunjuk, membimbing, atau membantu. Sedangkan
pengertian bimbingan secara terminologi menurut Dr. Moh Surya (1986) bimbingan
adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari
pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam
pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam
mencapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Dan pengertian konseling secara etimologi adalah nasehat,
anjuran dan ajaran. Dengan demikian konseling dapat diartikan sebagai pemberian
nasehat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.[1] Sedangkan
secara terminologi pengertian konseling adalah sebagaimana berikut:
1. C. Patterson (1959)
mengemukakan bahwa konseling ialah proses yang melibatkan hubungan antar
pribadi antara seorang terapis dengan satu klien atau lebih, dimana terapis
menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sitematik tentang
kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
2. Edwin C. Elwis
(1970) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana orang yang
bermasalah dibantu secara pribadi untuk merasa dan berprilaku yang lebih
memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor)
yang menyediakan informasi dan reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan
prilaku yang memungkinkannya berhubungan secara efektif dengan dirinya dan
lingkungannya.
3. Menurut Williamson,
konseling diartikan sebagai suatu proses personalisasi dan individualisasi
untuk membantu seseorang dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah. Ciri-ciri
perilaku sebagai warga negara dan nilai-nilai pribadi dan sosial serta
kebiasaan dan semua kebiasaan lainnya, mempelajari keterampilan (skill), sikap
dan kepercayaan yang dapat membantu dirinya selaku makhluk yang dapat
menyesuaikan diri secara normal.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik garis
besarnya, bahwa konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasihat dengan atau
berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang
komunikatif antara konselor dan klien dengan menggunakan metode-metode
psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam
upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
Bimbingan dan konseling saling berkaitan satu sama lain. Hal
ini dikarenakan bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral.
Konseling merupakan salah satu tekhnik dan alat dalam pelayanan bimbingan. Dan
pendapat lain yang mengatakan bahwa bimbingan memusatkan diri pada pencegahan
munculnya masalah, sedangkan konseling memusatkan diri pada pencegahan masalah
individu atau dapat dikatakan bahwa bimbingan bersifat preventif sedangkan
konseling bersifat kuratif.[2]
B. Bimbingan dan Konseling Islami
Dalam BK Islami perlu diketahui apa tujuan dari BK Islami
tersebut. berangkat dari hal tersebut, Islam memandang bahwa pada hakikatnya
manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan sebagai khalifah di muka
bumi untuk mengabdi kepada-Nya. Dari hal tersebut dapat dirumuskan bahwa tujuan
dari bimbingan dan konseling Islami adalah untuk meningkatkan dan menumbuhkan
kesadaran manusia tentang eksistensinya sebagai makhluk dan khalifah Allah swt
di muka bumi ini, sehingga setiap aktifitas dan tingkah lakunya tidak keluar
dari tujuan hidupnya, yakni menyembah atau mengabdi kepada Allah swt.
Secara kodrati, manusia diciptakan oleh Allah sebagai
makhluk religius yang memiliki keeksistensiannya dan hidup secara bersama-sama.
Manusia dilahirkan sebagai makhluk monopluralis yang berunsurkan jasad dan ruh
dengan disertai akal dan hati nurani dan hawa nafsu diberi kebebasan untuk
berkehendak. Akan tetapi hal tersebut menuntut adanya tanggung jawab yang
harus dipikulnya. Oleh karena itu, dengan bimbingan dan konseling
daimaksudkan agar manusia mampu memhami potensi-potensi insaniahnya,
dimensi-dimensi kemanusiaanya, termasuk memahami berbagai persoalan hidup dan
mencari alternati pemecahannya.[3] Dengan
pemahaman ajaran-ajaran Islam, secara preventif dapat mencegah manusia dari
berbagai bentuk perbuatan negatif yang dapat merugikanya dirinya maupun orang
lain. Allah berfirman dalam Al-Quran: Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.[ QS. Al-Ankabut(29): 45]. Dan (40) Adapun
orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, (41) Maka Sesungguhnya syurgalah tempat
tinggal(nya).[An-Naziat (79): 40-41]. Apabila hal tersebut terjadi maka
kebahagiaan yang hakiki yang akan diperoleh.
Di era globalisasi ini, ditemukan banyak individu yang
terbuai dengan urusan dunia sehingga melahirkan sikap individualistik dan
sifat-sifat negatif semacamnya. Sikap dan perilaku yang demikian telah
menyimpang dari perkembangan fitrah manusia yang telah Allah berikan. Bahkan
hal tersebut dapat menjauhkan hubungan manusia sebagai hamba kepada Tuhannya
meskipun hubungan sesama manusia tetap berjalan dengan baik. Hal demikian dapat
terjadi dikarenakan kekurang perhatian pendidikan dan bimbingan yang diberikan
sebelumnya terhadap hal tersebut.
Dari penjelasan diatas bahwa konseling Islami adalah suatu
usaha membantu individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah
beragama yang dimilikinya, sehingga ia kembali menyadari peranannya sebagai
khalifah dibumi dan berfungsi untuk menyembah kepada Allah swt., sehingga
askhirnya tercipta kembali hubungan baik dengan Allah, manusia dan alam
semesta.
Sebagaimana yang ditegaskan oleh Moh. Surya (2006) bahwa
salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adlah bimbingan dan konseling
spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami oleh manusia, ternyata
menimbulkan suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan
hanya menimbulkan perasaan hampa. Akhir-akhir ini sedang berkembang
kecenderuangan manusia untuk menata kehidupan yang berlandaskan pada
nilai-nilai spiritual. Keadaan ini telah mendorong perkembangan bimbingan dan
konseling yang berlandaskan nilai spiritual dan religi.
Dalam agama, terutama agama Islam, menempatkan manusia pada kedudukan yang mulia. Manusia diberi jabatan oleh Allah sebagai khliafah di muka bumi dengan keistemewaan-keistemewaan yang telah dibawanya sejak lahir (fitrah). Dan fitrah tersebut tidak akan berkembang dengan tanpa adanya bimbingan dan pengajaran. Dengan perjalanan perkembangan fitrah manusia, akan menghadapi berbagai permasalaah. Dengan pendekatan agama, konselor akan dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Karena agama mengatur segala aspek kehidupan manusia untuk mewujudkan rasa tentram, damai dalam batin manusia dalam menuju kebahagiaan yang hakiki.
Dalam agama, terutama agama Islam, menempatkan manusia pada kedudukan yang mulia. Manusia diberi jabatan oleh Allah sebagai khliafah di muka bumi dengan keistemewaan-keistemewaan yang telah dibawanya sejak lahir (fitrah). Dan fitrah tersebut tidak akan berkembang dengan tanpa adanya bimbingan dan pengajaran. Dengan perjalanan perkembangan fitrah manusia, akan menghadapi berbagai permasalaah. Dengan pendekatan agama, konselor akan dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Karena agama mengatur segala aspek kehidupan manusia untuk mewujudkan rasa tentram, damai dalam batin manusia dalam menuju kebahagiaan yang hakiki.
C. Pendekatan Islami Dalam
Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dalam bimbingan dan konseling dapat
diakaitkan dengan aspek-aspek psikologis yang meliputi pribadi, sikap,
kecerdasan, perasaan dan lain-lain yang berkaitan dengan klien dan konselor.
Bagi pribadi muslim yang berlandaskan tauhid, merupakan pribadi yang bekerja
keras untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan
kepadanya, yang mana baginya merupakan suatu ibadah. Sehingga pada pelaksanaan
bimbingan dan konseling, pribadi muslim berprinsip pada hal-hal sebagaimana
yang disampaikan oleh Nelly Nurmelly dalam papernya peran agama dalam bimbingan
konseling berikut ini:
1. Selalu memiliki
prinsip landasan dan prinsip dasar yaitu hanya beriman kepada Allah swt.
2. Memiliki prinsip
kepercayaan, yakni beriman kepada malaikat.
3. Memiliki prinsip
kepemimpinan, yakni beriman kepada Nabi dan Rosul-Nya.
4. Selalu memiliki
prinsip pembelajaran, yakni berprinsip pada Al-Quran.
5. Memiliki prinsip masa
depan, yakni beriman kepada hari akhir.
6. Memiliki prinsip
keteraturan, yakni beriman kepada ketentuan Allah.
Jika seorang konselor memegang prinsip tersebut, maka
pelaksanaan bimbingan dan konseling akan mengarah kearah kebenaran, selanjutnya
dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling perlu memiliki tiga langkah untuk
mewujudkan tujuannya. Pertama, memiliki mission statement yang
jelas yaitu daua kalimat syahadat. Kedua, memiliki sebuah metode
pembangunan karakter sekaligus simbol kehidupan yaitu shalat lima waktu. Ketiga, memiliki
kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Dengan
prinsip tersebut, seorang konselor dapat menghasilkan kecerdasan emosi
dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Ahlakul Karimah). Selain itu seorang
konselor juga perlu mengetahhui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologi) karena
manusia sejatinya telah membawa potensi bertuhan sejak dilahirkan. Dalam
menghadapi masalah diarahkan dengan pendekatan agama. Yang mana dalam agama
mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi yang
didasarkan kepada Al-Quran dan As-sunnah. Dan sudah pastinya, pelaksanaan
bimbingan dan konseling ddengan pendekatan agama Islam, akan membawa kepada
peningkatan iman, ibadah dan jalan yang diridhai Allah swt.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi
manusia, agama telah mengatur berbagai aspek kehidupan manusia untuk mewujudkan
rasa damai dan tentram bagi jiwa manusia dalam menuju kebahagiaan yang hakiki.
Peranan agama Islam dalam menghadapi kesehatan mental manusia adalah
sebagaimana berikut:
1. Ajaran Islam beserta
seluruh petunjuknya yang ada di dalamnya merupakan obat bagi jiwa atau
penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam jiwa manusia.
2. Ajaran Islam
memberikan bantuan kejiwaan kepada manusia dalam menghadapi cobaan dan
mengatasi kesulitan.
3. Ajaran Islam
memberikan rasa aman dan tentram yang menimbulkan keimanan kepada allah dalam
jiwa seorang mukmin.
Bagi seorang mukmin, ketenangan jiwa, rasa aman dan
ketentraman jiwa akan terealisasi dengan keimanannyakepada Allah yang akan
membekali harapan akan pertolongan, lindungan dan penjagaan-Nya.
D. Teori-Teori Konseling dalam Islam
Yang dimaksud dengan teori-teori konseling dalam Islam
adalah landasan yang benar dalam melaksanakan proses bimbingan dan konseling
agar dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif
bagi klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi
nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku
berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Allah berfirman dalam Al-Quran: serulah (manusia)
kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. [An-Nahl (16): 125]. Ayat tersebut
menjelaskan beberapa teori atau metode dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Teori-teori tersebut sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Hamdani Bakran
(2002) adalah sebagaimana berikut:
1. Teori Al-Hikmah
Sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi
bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik dan
mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menemukan jati diri dan citra
dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai permasalahan hidup
secara mandiri. Proses aplikasi konseling teori ini semata-mata dapat dilakukan
oleh konselor dengan pertolongan Allah, baik secara langsung maupun melalui
perantara, dimana ia hadir dalam jiwa konselor atas izin-Nya.
2. Teori Al-Mauidhoh
Hasanah
Yaitu teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil
pelajaran-pelajaran dari perjalanan kehidupan para Nabi dan Rasul. Bagaimana
Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara
berperilaku serta menanggulangi berbagai problem kehidupan. Bagaimana cara
mereka membangun ketaatan dan ketaqwaan kepada-Nya.
Yang dimaksud dengan Al-Mau’izhoh Al-Hasanah ialah pelajaran
yang baik dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya, yaitu dapat membantu klien untuk
menyelesaikan atau menanggulangi problem yang sedang dihadapinya.
3. Teori Mujadalah yang
baik
Yang dimaksud teori Mujadalah ialah teori konseling yang
terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan. Teori ini biasa
digunakan ketika seorang klien ingin mencari suatu kebenaran yang dapat
menyakinkan dirinya, yang selama ini ia memiliki problem kesulitan mengambil
suatu keputusan dari dua hal atau lebih; sedangkan ia berasumsi bahwa kedua
atau lebih itu lebih baik dan benar untuk dirinya. Padahal dalam pandangan
konselor hal itu dapat membahayakan perkembangan jiwa, akal pikiran, emosional,
dan lingkungannya. Prinsip-prinsip dari teori ini adalah sebagai berikut:
a. Harus adanya
kesabaran yang tinggi dari konselor;
b. Konselor harus
menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik;
c. Saling
menghormati dan menghargai;
d. Bukan bertujuan
menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien dalam mencari
kebenaran;
e. Rasa
persaudaraan dan penuh kasih sayang;
f. Tutur kata dan
bahasa yang mudah dipahami dan halus;
g. Tidak menyinggung
perasaan klien;
h. Mengemukakan
dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan tepat dan jelas;
i. Ketauladanan
yang sejati. Artinya apa yang konselor lakukan dalam proses konseling
benar-benar telah dipahami, diaplikasikan dan dialami konselor. Karena Allah
sangat murka kepada orang yang tidak mengamalkan apa yang ia nasehatkan kepada
orang lain. Dalam firmanNya: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?. Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” [Qs. Ash-Shaff:
2-3].
Teori konseling “Al-Mujadalah bil Ahsan”, menitikberatkan
kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam keyakinan dan ingin
menghilangkan keraguan terhadap kebenaran Ilahiyah yang selalu bergema dalam
nuraninya. Seperti adanya dua suara atau pernyataan yang terdapat dalam akal
fikiran dan hati sanubari, namun sangat sulit untuk memutuskan mana yang paling
mendekati kebenaran.
E. Teknik-tekning Konseling
Konseling merupakan aktifitas untuk menciptakan
perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan. Untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, ada perlunya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling membutuhkan
teknik-teknik yang memadai. Berikut ini adalah beberapa teknik konseling
sebagaimana yang telah disampaikan oleh Hamdani Bakari (2002), yakni:
1. Teknik yang bersifat
lahir
Teknik yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat
di lihat, di dengar atau dirasakan oleh klien (anak didik) yaitu dengan
menggunakan tangan atau lisan antara lain:
a. Dengan
menggunakan kekuatan, power dan otoritas
b. Keinginan, kesungguhan
dan usaha yang keras
c. Sentuhan tangan
(terhadap klien yang mengalami stres dengan memijit di bagian kepala, leher dan
pundak)
d. Nasehat, wejangan,
himbauan dan ajakan yang baik dan benar. Maksudnya dalam konseling, konselor
lebih banyak menggunakan lisan yang berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh
klien dengan baik, jujur dan benar. Agar konselor bisa mendapatkan jawaban dan
pernyataan yang jujur dan terbuka dari klien, maka kalimat yang dilontarkan
konselor harus mudah dipahami, sopan dan tidak menyinggung perasaan atau
melukai hati klien. Demikian pula ketika memberikan nasehat hendaklah dilakukan
denagn kalimat yang indah, bersahabat, menenangkan dan menyenangkan.
e. Menbacakan do'a
atau berdo'a dengan menggunakan lisan
f. Sesuatu yang
dekat dengan lisan yakni dengan air liur hembusan (tiupan)
2. Teknik yang Bersifat
Batin
Yaitu teknik yng hanya dilakukan dalam hati dengan do'a dan
harapan namun tidak usaha dan upaya yang keras secara konkrit, seperti dengan
menggunakan potensi tangan dan lisan. Oleh karena itulah Rosululloh bersabda
"bahwa melakukan perbuatan dan perubahan dalam hati saja merupakan
selemah-lemahnya iman".
Teknik konseling yang ideal adalah dengan kekuatan,
keinginan dan usaha yang keras dan sungguh-sungguh dan diwujudkan dengan nyata
melalui perbuatan, baik dengan tangan, maupun sikap yang lain. Tujuan utamanya
adalah membimbing dan mengantarkan individu (anak didik) kepada perbaikan dan
perkembangan eksistensi diri dan kehidupannya baik dengan Tuhannya, diri
sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling dalam pendidikan Islam ialah suatu
aktifitas memberikan bimbingan, pengajaran, dan pedoman kepada peserta didik
yang dapat memngembangkan potensi akal pikiran, kejiwaan, keimanan dan
keyakinannya serta dapat menanggulangi problematika dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur'an dan
Al-Hadis. Dengan menggunakan teknik-teknik tertentu baik yang bersifat lahir
ataupun batin.
Tujuan bimbingan dan konseling pendidikan Islam adalah
membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan
kegiatan belajar / pendidikan, membantu individu memecahkan masalah-masalah
yang berkaitan dengan belajar/pendidikan, dan membantu individu memelihara
situasi dan kondisi kegiatan belajar agar tetap baik dan mengembangkannya
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bakari, Hamdani. 2002. Konseling dan Psikoterapi Islam.
Fajar Pustaka. Yogyakarta
Fatimatuzzahro. 2011. Bimbingan dan Konseling Dalam
Pendidikan Islam.http://fatimatuzzahrofadhil.blogspot.com/2011/09/bimbingan-dan-konseling-dalam.html
Maisaroh, Siti. 2011. Bimbingan dan Konseling Dalam
Pendidikan Islam.http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2037794-bimbingan-dan-konseling-dalam-pendidikan/
Nurmelly, Mely. 2011. Peran Agama Dalam Bimbingan dan
Konseling. Widyaswara Muda bdk. Palembang.
Rahim Faqih, Aunur. 2001. Bimbingan dan Konseling Dalam
Islam. UII press:Yogyakarta
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan
Madrasah. Rajawali Pers: Jakarta
http://almasakbar45.blogspot.com/2012/03/peranan-agama-islam-dalam-bimbingan-dan.html
Alhamdulillah...terima kasih tulisan yang sangat bermanfaat:)
ReplyDeleteAmiin....Semoga bermanfaat! Silahkan mampir lagi lain waktu!
Delete