BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sastra pada dasarnya
merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata sebuah imitasi. Karya
sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya
adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang
kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi
tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir
dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi
dirinya.
Biasanya kesusastraan
dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk dalam kategori
Sastra adalah: Puisi, Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair, pantun,
sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang diungkapkan
dengan menggunakan bahasa yang padat, indah, dan kaya makna. Artinya ia
dibentuk oleh kata-kata yang benar-benar terpilih, terseleksi, atau melalui
sensor yang ketat. Puisi merupakan hasil ungkapan perasaan penyair yang
dituangkan melalui kata-kata/bahasa yang sengaja dipilih penyair untuk mewakili
perasaannya. puisi itu menyatakan sesuatu secara tak langsung, yaitu mengatakan
sesuatu hal dengan arti yang lain.
Dari pengertian di atas, layaklah kalau pembaca sering
mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan sebuah puisi. Sebab puisi adalah
dunia kata-kata yang karakternya berbeda dibandingkan dengan karakter kata
dalam tulisan-tulisan yang lain.Oleh sebab itu kami menyusun makalah ini yang
berjudul “PUISI”,Yang membahas tentang pengertian,jenis,serta unsur-unsur puisi
yang disertai dengan contoh-contohnya.
B.
Rumusan Masalah
Yang menjadi pokok permasalahan
dalam makalah ini ialah :
1.
Apa pengertian puisi ?
2.
Apa saja ragam dan
jenis-jenis puisi?
3.
Apa saja unsur-unsur dalam
puisi?
C.
Tujuan
Sesuai dengan pokok permasalahan diatas, makalah ini memiliki tujun untuk
:
1.
Menjelaskan pengertian
puisi.
2.
Menjelaskan ragam dan jenis
puisi.
3.
Menjelaskan unsur-unsur
dalam puisi.
BAB
II
PEMBAHASAN
PUISI
A. PENGERTIAN PUISI
Secara etimologis, kata
puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya berati penciptaan.
Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan
–poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter menjelaskan bahwa kata poet
berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani
sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang
hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah
orang yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf,
negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Shahnon Ahmad (dalam Pradopo, 1993:6) mengumpulkan
definisi puisi yang pada umumnya dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris
sebagai berikut.
1) Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah
kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang
setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris,
antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat berhubungannya, dan sebagainya.
2)
Carlyle mengatakan
bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair menciptakan
puisi itu memikirkan bunyi-bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya,
kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya
yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.
3) Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah
pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau
diangankan. Adapun Auden mengemukakan bahwa puisi itu lebih merupakan
pernyataan perasaan yang bercampur-baur.
4)
Dunton berpendapat
bahwa sebenarnya puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan
artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya, dengan kiasan, dengan
citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, pemilihan
kata-katanya tepat, dan sebagainya), dan bahasanya penuh perasaan, serta
berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturu-turut secara
teratur).
5) Shelley mengemukakan bahwa puisi adalah rekaman
detik-detik yang paling indah dalam hidup. Misalnya saja peristiwa-peristiwa
yang sangat mengesankan dan menimbulkan keharuan yang kuat seperti kebahagiaan,
kegembiraan yang memuncak, percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang
yang sangat dicintai. Semuanya merupakan detik-detik yang paling indah untuk
direkam.
Dari
definisi-definisi di atas memang seolah terdapat perbedaan pemikiran, namun
tetap terdapat benang merah. Shahnon Ahmad menyimpulkan bahwa pengertian puisi
di atas terdapat garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya. Unsur-unsur
itu berupa emosi, imajinas, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera,
susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang diungkapkan
dengan menggunakan bahasa yang padat, indah, dan kaya makna. Artinya ia
dibentuk oleh kata-kata yang benar-benar terpilih, terseleksi, atau melalui
sensor yang ketat. Puisi merupakan hasil ungkapan perasaan penyair yang
dituangkan melalui kata-kata/bahasa yang sengaja dipilih penyair untuk mewakili
perasaannya. Dari pengertian di atas, layaklah kalau pembaca sering mengalami
kesulitan ketika berhadapan dengan sebuah puisi. Sebab puisi adalah dunia
kata-kata yang karakternya berbeda dibandingkan dengan karakter kata dalam
tulisan-tulisan yang lain.
B. RAGAM DAN JENIS PUISI
Puisi sebagai sebuah karya sastra,Menurut
zamannya, secara umum terdiri atas dua macam. Pertama puisi lama, kedua puisi baru atau puisi modern.
1) Puisi lama.
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris.
- Jumlah baris dalam 1 bait.
- Persajakan (rima).
- Banyak suku kata tiap baris.
- Irama.
a.
Ciri-ciri puisi lama.
Ciri-ciri puisi lama antara lain:
─
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama
pengarangnya
─
Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi
merupakan sastra lisan
─
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti
jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
b.
Jenis-jenis puisi lama.
Yang termasuk puisi lama adalah :
1)
Mantra.
Mantra adalah kata atau ucapan yang mengandung hikmah dan
kekuatan gaib. Kekuatan mantra dianggap dapat menyembuhkan atau mendatangkan
celaka. Mantra merupakan salah satu jenis puisi yang paling tua.
Keberadaan mantra dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan
sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat kepercayaan
masyarakat setempat.
Ciri-ciri
mantra antara lain :
a.
Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
b.
Bersifat lisan, sakti atau magis
c.
Adanya perulangan
d.
Metafora merupakan unsur penting
e.
Bersifat esoferik (bahasa khusus antara
pembicara dan lawan bicara) dan misterius
f.
Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya
dalam hal suku kata, baris dan persajakan.
2)
Pantun.
Pantun merupakan sebuah puisi asli tanah Melayu yang
sudah membudaya dan mengakar dalam kehidupan masyarakatnya sehari-hari.Pembagian
pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak,muda-mudi,agama/nasihat,teka-teki,dan
jenaka.
Ciri – ciri pantun :
a.
Setiap bait terdiri 4 baris
b.
Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
c.
Baris 3 dan 4 merupakan isi
d.
Bersajak a – b – a – b
e.
Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
f.
Berasal dari Melayu (Indonesia)
3)
Karmina (pantun kilat)
Karmina merupakan sebuah karya sastra berupa
pantun yang sangat kilat. Artinya, puisi lama ini hanya terdiri atas
satu bait atau dua baris.
Ciri-ciri Karmina, di antaranya sebagai berikut
:
a.
Setiap bait terdiri dari 2 baris
b.
Baris pertama merupakan sampiran
c.
Baris kedua merupakan isi
d.
Bersajak a – a
e.
Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
f.
Mengandung dua hal yang bertentangan, yaitu rayuan dan perintah
4) Seloka (pantun
berkait)
Seloka adalah karya sastra yang berbentuk sebuah pantun berkait yang tidak akan
cukup diungkapkan dengan satu bait saja karena pantun berkait ini merupakan
jalinan atas beberapa bait.
Ciri-ciri
seloka :
a.
Di tulis memakai bentuk pantun atau sya’ir.
b.
Satu bait seloka terdiri atas 4 baris atau
lebih.
c.
Memiliki lebih dari satu bait.
d.
Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai
baris pertama dan ketiga bait kedua.
e.
Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai
baris pertama dan ketiga bait ketiga
f.
Dan seterusnya
5)
Gurindam
Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris,semuanya
merupakan isi dan menunjukan sebab akibat,bersajak a-a-a-a,dan berisi nasihat,Gurindam sebenarnya bukan berasal dari negeri sendiri, melainkan dari negeri India yang dibawa pasukan
Tamil yang dahulu pernah singgah dan menetap di salah satu kepulauan Nusantara.
Ciri-ciri gurindam :
a.
Terdiri atas dua baris.
b.
Baris pertama berisikan semacam soal,
perjanjian atau masalah
c.
Baris kedua merupakan jawaban atau akibat dari
perjanjian atau masalah yang dibuat di baris pertama tadi.
d.
Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni
menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.
e.
Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
f.
Berasal dari Tamil (India)
6) Talibun
Talibun
merupakan puisi lama berupa pantun yang memiliki cirri-ciri jumlah barisnya
lebih dari empat, namun harus memiliki hitungan yang genap. Misalnya enam
baris,delapan baris, dan seterusnya. Jika jumlah barisnya terdiri atas enam
baris,maka tiga baris pertama harus berupa sampiran dan tiga baris berikutnya
merupakan isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b –
c. bila terdiri dari delapan baris , sajaknya a – b – c – d – a –b – c – d.
7)
Syair
Syair termasuk puisi lama yang bentuknya lebih
bebas daripada pantun. Kata syair berasal dari kata Arab syuur yang berarti
perasaan.Seperti halnya gurindam,syair merupakan salah satu karya sastra yang
bukan berasal dari tanah nusantara asli. Puisi lama ini merupakan sebuah karya
sastra yang awalnya dibawa oleh bangsa Arab ke Nusantara saat era perkembangan agama Islam.
Syair
dianggap orang Melayu sebagai buah kesastraan nenek moyang dan merupakan milik
bangsa sendiri.Isi syair sebenarnya adalah sebuah nasehat atau cerita. oleh
karena itu, berdasarkan isinya, syair dibedakan menjadi dongeng, syair
kiasan/sindiran, syair hikayat, syair kejadian/peristiwa, dan syair budi
pekerti/agama.
Ciri-ciri sya’ir :
a.
Setiap bait terdiri dari 4 baris
b.
Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata
c.
Bersajak a-a-a-a
d.
Keempat baris tersebut mengandung arti atau
maksud penyair
e.
Isi semua tidak ada sampiran
f.
Isi sya’ir merupakan kisah atau cerita
g.
Berasal dari Arab
2) Puisi
baru.
Puisi baru disebut juga puisi modern. Bentuk puisi baru lebih
bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris,suku kata maupun rima..Meskipun demikian, hakikat puisi masih tetap
dipertahankan.
Hakikat-hakikat puisi itu antara lain :
1.
Sifat seni atau estetika.
Sebuah puisi haruslah
indah. Unsur-unsur keindahan dalam puisi misalnya rima, irama, pilihan
kata yang tepat, dan gaya bahasanya.
2.
Kepadatan
Puisi sangat padat makna atau pesan. Artinya, penulis hanya
mengemukakan inti masalahnya.Jadi, kata-kata perlu dipilih supaya mampu
mengungkapkan gagasan yang sebenarnya.
3.
Ekspresi tidak langsung
Puisi banyak menggunakan kata kiasan. Bahasa kias adalah
ucapan yang tidak langsung. Jadi dia harus berpikir untuk memilih kata yang
tepat untuk mengungkapkan perasaannya
a. Ciri-ciri
Puisi Baru
─
Bentuknya rapi, simetris;
─
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
─
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun
ada pola yang lain;
─
Sebagian besar puisi empat seuntai;
─
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
─
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5
suku kata.
b.
Jenis-jenis puisi baru.
v Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
1.
Balada
Balada adalah
Sajak atau puisi yang berisikan cerita atau kisah yang mungkin terjadi atau hanya
khayalan penyairnya saja.Ciri-ciri balada yaitu terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8
(delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah
menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai
referen dalam bait-bait berikutnya.
2.
Himne
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk
menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne
menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi
pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang
bernafaskan ketuhanan.
3.
Ode
Ode adalah puisi sanjungan untuk orang
yang berjasa,bangsa dan Negara,ataupun sesuatu yang di anggap mulia.Karena
isinya itulah,ode disebut juga sebagai puji pujian.Ciri-cirinya adalah
Persajakan ode tidak beraturan atau bebas. Nada dan gayanya sangat resmi
(metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat
menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
4.
Epigram
Epigram
adalah Sajak atau puisi yang berisi tentang ajaran-ajaran moral, nilai-nilai
hidup yang baik dan benar, yang dilukiskan dengan ringkas. Terkadang ditulis
dengan kata-kata atau kalimat-kalimat sindiran atau kecaman pahit. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik;
nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada
teladan.
5.
Romance
Romance Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan;
persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra. Romance adalah sajak atau puisi yang berisi
tentang perasaan cinta kasih. Cinta kasih ini tidak hanya cinta kasih antara
dua orang kekasih, tetapi juga cinta kasih dalam bentuk lainnya. Misalnya cinta
terhadap suasana damai dan tentram, cinta keadilan, cinta terhadap bangsa dan
Negara juga cinta kepada Tuhan.
6.
Elegi
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.Sajak
ini selalu mengungkapkan sesuatu yang menyayat hati,mendayu-dayu dan mengharu
biru, mengungkapkan rasa duka nestapa atau keluh kesah karena sedih atau rindu,
terutama karena kematian/kepergian seseorang.
7.
Satire
Satire berasal
dari bahasa latin (satura) yang berarti sindiran,kecaman yang tajam
terhadap sesuatu fenomena. Satire merupakan puisi yang isinya mengecam, mengejek dengan kasar dan tajam suatu
kepincangan atau ketidakadilan yang ada dalam masyarakat. Puisi ini mengungkapkan perasaan tidak
puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau
menyatakan keadaan sebaliknya.
v Sedangkan
macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
1.
Distikon
Distikon adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua
baris (puisi dua seuntai).biasanya bersajak sama.
2.
Terzina
Terzina adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai). Tarzina
bersajak a-a-a; a-b-c; a-b-b;
3.
Quatrin
Kuatrain adalah puisi yang tiap baitnya terdiri
atas empat baris (puisi empat seuntai).Kuatrin
bersajak ab\ab, aa-aa, ab\ab atau aa\bb. Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
4.
Quint
Kuint
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima
seuntai). Kuint
bersajak a-a-a-a-a
5.
Sektet
Sektet adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).Dikenali sebagai ‘terzina ganda
dua’ . Dalam
sektet, pengarangnya bebas menyatakan perasaannya tanpa menghiraukan persajakan
atau rima bunyi.
6.
Septime
Septime
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai). Sama halnya dengan sektet, persajakan septime
tidak berurutan.
7.
Oktaf/Stanza
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya
terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai). Persajakan stanza tidak beraturan.
8.
Soneta
Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat
belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat
baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto
(Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang
berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta
masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai
”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk
pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan
dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya
(empat belas baris). Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak
kira-kira pertengahan abad ke-13 di kota Florance.
Ciri-ciri
sonata :
a.
Terdiri atas 14 baris
b.
Terdiri atas 4 bait, yang
terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
c. Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang
disebut octav.
d. Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang
disebut isi yang disebut sextet.
e.
Bagian sampiran biasanya
berupa gambaran alam
f. Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa
yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
g.
Peralihan dari octav ke
sextet disebut volta
h.
Penambahan baris pada soneta
disebut koda.
i.
Jumlah suku kata dalam
tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
j.
Rima akhirnya adalah a – b
– b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d
C. UNSUR-UNSUR PUISI.
Puisi pada prinsipnya dibangun seperti halnya cerpen, novel, drama dan
roman yaitu atas dasar unsur intrinsik dan ekstrinsik. Agar lebih jelas mari
kita lihat penjelasan berikut :.
1.
Unsur instrinsik puisi.
Unsur intrinsik adalah unsur pembentuk puisi yang berasal dari dalam
sastra itu sendiri,yang meliputi :
a. Tema
Tema/makna
(sense) yaitu ide atau gagasan dasar atau pokok persoalan yang mendasari
dalam sebuah puisi,yang menduduki tempat utama di dalam cerita.
Tema tersirat dalam keseluruhan isi
puisi. Hanya ada satu tema dalam satu puisi, walaupun puisinya panjang
Contohnya : bencana alam, keindahan kehidupan, sosial,
atau kegagalan hidup
b. Rasa
Rasa
(feeling), yaitu sikap atau suasana hati penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisi saat menciptakannya. Rasa disebut juga
arti emosional. Misalnya : sedih, senang, marah, heran, gembira dll. Pengungkapan
tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi
penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis,
dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi
suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima,
gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar
belakang sosiologis dan psikologisnya
c. Nada
Nada (tone), yaitu sikap penyair
terhadap pembaca melalui sebuah puisi. Nada juga berhubungan dengan tema dan
rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, menasehati,
menyindir, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca,atau hanya bercerita dll.
d. Amanat
Amanat/tujuan/maksud(intention),yaitu
pesan/nasehat yang ingin desampaikan pengarang kepada pembaca melalui sebuah
puisi. Pesan-pesan tersebut biasanya dihadirkan dalam ungkapan yang
tersembunyi.
Contoh amanat :
Mengharapkan pembaca marah.
Benci
Menyenangi sesuatu
Berontak pada sesuatu.
e. Diksi
Diksi ( pilihan kata ) yaitu pemilihan kata
untuk menyampaikan gagasan secara tepat,yang dapat menentukan nuansa makna,kekuatan
daya sugesti, pengimajinasian atau ekspresi yang yang diungkapkan penyair.Kemampuan
memilih dan menyusun kata amat penting bagi penyair. Sebab, pilihan dan susunan
kaa yang tepat dapat menghasikan rangkaian bunyi yang merdu, makna yang dapat
menimbulkan rasa estesis (keindahan), dan kepadatan bayangan yang dapat
menimbulkan kesan mendalam. Misalnya,pemilihan dan penyusunan kata seperti
gelombang melambung tinggi,atau roda pedati berderak-derak,atau hilang
terbang,atau meradang menerjang,atau hilang rasa,dsb.
Memilih kata yang tepat
memang tidak mudah. Oleh karena itu, menulis puisi kadang-kadang tidak sekali
jadi. Puisi yang sudah jadi pun kadang-kadang masih mengalami bongkar pasang
kata sampai dirasakan pas oleh penyairnya
f. Tipografi
Tipografi (tata wajah) yaitu penataan
letak letak kata-kata, baris-baris, serta bait-bait dalam sebuah puisi,hingga
baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan
tanda titik.Sehingga menimbulkan aspek kekuatan makna dan ekspresi penyair.
Tipografi dipandang penting agar tidak menggeser makna dari kata-kata dalam
puisi
g.
Citraan
Citraan/daya bayang (Imajeri) ialah
:suatu kata atau kelompok kata yang digunakan untuk menggunakan kembali
kesan-kesan panca indera dalam jiwa kita.
Citraan merupakan gambaran angan yang
muncul di benak pembaca puisi. Lebih lengkapnya,citraan adalah gambar-gambar
dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya.Wujud gambaran dalam angan itu adalah “sesuatu” yang dapat dilihat, dicium,
diraba, dikecap, dan didengar (panca indera). Akan tetapi, “sesuatu” yang dapat
dilihat, dicium, diraba, dikecap, dan didengarkan itu tidak benar-benar
ada, hanya dalam angan-angan pembaca atau pendengar saja.
h.
Kata-kata konkret
Kata-kata konkret adalah : kata-kata
yang jika dilihat secara denotatif sama, tetapi secara konotatif tidak sama,
bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya.Kata kongkret
merupakan kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya
imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata
kongkret “salju” melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan
kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi,
kehidupan, dll.
i. Gaya
bahasa
Gaya
bahasa, yaitu bahasa berkias yang dapat
menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.Gaya bahasa menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-amcam majas
antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke,
eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,
antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
j.
Ritme
Ritme atau irama adalah meninggi atau
merendahnya nada mengeras-melembutnya tekanan, mempercepat atau melambatnya
tempo.Ritme atau irama diartikan sebagai alunan yang terjadi karena pengulangan
dan pergantian kesatuan bunyi dalam arus panjang pendek bunyi.
k.
Rima
Rima adalah persamaan atau pengulangan
bunyi pada puisi,baik diawal, tengah, dan akhir baris puisi. Bunyi yang sama itu tidak terbatas pada akhir baris, tetapi juga untuk keseluruhan baris,
bahkan juga bait. Persamaan bunyi yangdimaksudkan di
sini adalah persamaan (pengulangan) bunyi yang memberikan kesan merdu,indah, dan dapat mendorong suasana yang
dikehendaki oleh penyair dalam puisi.
Rima bisa berupa:
a. pengulangan bunyi-bunyi konsonan dari kata-kata berurutan(aliterasi),
b. persamaan bunyi vocal dalam deretan kata (asonansi),
c. persamaan bunyi yang terdapat setiap akhir baris.
2.
Unsur ekstrinsik
puisi
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membentuk karya
sastra yang berasal dari luar karya sastra itu sendiri. Unsur ini meliputi
unsur agama, ekonomi, budaya, politik, dan biografi penyair.
D. PUISI DAN PENGARANGNYA.
Ngarai
Sianok
(Karya :
Rifai Ali)
Berat himpitan gunung
Singgalang
Atas daratan di bawahnya
Hinggah rengkah tak alang-alang
Ngrai lebar dengan dalangnya
Atas daratan di bawahnya
Hinggah rengkah tak alang-alang
Ngrai lebar dengan dalangnya
Bumi runtuh-runtuh juga
Seperti berabad-abad yang lepas
Debunya hirap dalam angkasa
Derumnya lenyap di sawah luas
Seperti berabad-abad yang lepas
Debunya hirap dalam angkasa
Derumnya lenyap di sawah luas
Dua penduduk dalam
ngarai
Mencangkul di ladang satu-satu
Menyabit di sawah bersorak-sorak
Ramai kerja sejak dahulu
Mencangkul di ladang satu-satu
Menyabit di sawah bersorak-sorak
Ramai kerja sejak dahulu
Bumu runtuh-runtuh jua
Mereka hidup bergiat terus
Seperti si Anok dengan rumahnya
Diam-diam mengalit terus
Mereka hidup bergiat terus
Seperti si Anok dengan rumahnya
Diam-diam mengalit terus
***
Bukan
Beta Bijak Berperi
(Karya :
Rustam Efendi)
Bukan beta bijak berperi
Pandai menggubah madahan syair,
Bukan beta budak negeri
Mesti menurut undangan mair
Pandai menggubah madahan syair,
Bukan beta budak negeri
Mesti menurut undangan mair
Saraf-saraf saya mungkiri
Untai rangkaian seloka lama
Beta buang beta singkiri
Sebab laguku menurut sukma
Untai rangkaian seloka lama
Beta buang beta singkiri
Sebab laguku menurut sukma
Susah sungguh saya sampaikan
Degup-degupan di dalam kalbu
Lemah daun lagu dengungan
Matnya digamat rasain waktu
Degup-degupan di dalam kalbu
Lemah daun lagu dengungan
Matnya digamat rasain waktu
Sering saya susah sesaat
Sebab mudahan tidak nak datang
Sering saya sulit menekat
Sebab terkurung lukisan mamang
Sebab mudahan tidak nak datang
Sering saya sulit menekat
Sebab terkurung lukisan mamang
Bukan
beta bijak berperi
Dapat melemah bingkaian pantun
Bukan beta berbuat baru
Hanya mendengar bisikan alun.
Dapat melemah bingkaian pantun
Bukan beta berbuat baru
Hanya mendengar bisikan alun.
***
Menyesal
(Karya : Ali Hasjmi.)
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah, apa guna kuselalkan
Menyesal tua tia berguna
Hanya menambah luka sukma
Menyesal tua tia berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada
yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju arah padang bakti
Atur barisan di pagi hari
Menuju arah padang bakti
***
Indonesia Tumpah Darahku
(Karya : Muhammad Yamin)
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
***
AKU
(Karya : Chairil Anwar)
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
***
MENUJU KE LAUT
( Karya : Sutan Takdir Alisyahbana)
Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang, tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat
"Ombak ria berkejar-kejaran
di gelanggang biru bertepi langit.
Pasir rata berluang dikecup,
tebing curam ditantang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega".
Sejak itu jiwa gelisah,
Selalu berjuang, tiada reda,
Ketenangan lama rasa beku,
gunung pelindung rasa pengalang
Berontak hati hendak bebas,
menyerang segala apa mengadang.
Gemuruh berderu kami jatuh,
terhempas berderai mutiara bercahaya,
Gegap gempita suara mengerang,
dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti
pekik dan tempik sambut menyambut.
Tetapi betapa sukarnya jalan,
badan terhernpas, kepala tertumbuk,
hati hancur, pikiran kusut,
namun kembali tiadalah ingin,
keterangan lama tiada diratap.
Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat.
tasik yang tenang, tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat
"Ombak ria berkejar-kejaran
di gelanggang biru bertepi langit.
Pasir rata berluang dikecup,
tebing curam ditantang diserang,
dalam bergurau bersama angin,
dalam berlomba bersama mega".
Sejak itu jiwa gelisah,
Selalu berjuang, tiada reda,
Ketenangan lama rasa beku,
gunung pelindung rasa pengalang
Berontak hati hendak bebas,
menyerang segala apa mengadang.
Gemuruh berderu kami jatuh,
terhempas berderai mutiara bercahaya,
Gegap gempita suara mengerang,
dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti
pekik dan tempik sambut menyambut.
Tetapi betapa sukarnya jalan,
badan terhernpas, kepala tertumbuk,
hati hancur, pikiran kusut,
namun kembali tiadalah ingin,
keterangan lama tiada diratap.
Kami telah meninggalkan engkau,
tasik yang tenang tiada beriak,
diteduhi gunung yang rimbun
dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
dari mimpi yang nikmat.
***
PUISI CINTA KAHLIL GIBRAN
(Karya: Kahlil Gibran)
Cinta yang agung
Adalah ketika kamu menitikkan air mata
dan masih peduli terhadapnya...
Adalah ketika dia tidak mempedulikanmu
dan kamu masih menunggunya dengan
setia...
Adalah ketika dia mulai mencintai orang
lain
dan kamu masih bisa tersenyum sembari
berkata
"Aku turut berbahagia
untukmu"
Apabila cinta tidak berhasil…
bebaskan dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan
sayapnya
dan terbang ke alam bebas lagi ...
Ingatlah…
bahwa kamu mungkin menemukan cinta
dan kehilangannya...
tapi...
ketika cinta itu mati...
kamu tidak perlu mati bersamanya…
Orang terkuat
Orang terkuat
bukan mereka yang selalu menang...
melainkan mereka yang tetap tegar
ketika mereka jatuh
***
Untuk Penjual Koran
(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, Balai Pustaka, 1981)
(Sherly Malinton, Bunga Anggrek untuk Mama, Balai Pustaka, 1981)
Sahabat, apalah kau tak pernah lelah
Seharian berdiri di jalan-jalan
Dalam hujan dan debu
Dan asap-asap kendaraan?
Suaramu menggugah
Orang yang serbaingin tahu
“Ada berita apa hari ini?”
Seorang pengemis mati tertabrak!
Mayatnya tergeletak
Di tengah keramaian lalu lintas kendaraan
Berkat kau juga
Kegembiraan para petani
Dalam memetik hasil panen
Terima kasih, sahabat, terima kasih
Seharian berdiri di jalan-jalan
Dalam hujan dan debu
Dan asap-asap kendaraan?
Suaramu menggugah
Orang yang serbaingin tahu
“Ada berita apa hari ini?”
Seorang pengemis mati tertabrak!
Mayatnya tergeletak
Di tengah keramaian lalu lintas kendaraan
Berkat kau juga
Kegembiraan para petani
Dalam memetik hasil panen
Terima kasih, sahabat, terima kasih
***
Senja di Pelabuhan Kecil
(Karya Chairil Anwar)
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga
kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
***
KANGEN
(Karya : W. S. Rendra)
Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta
kau tak akan mengerti segala lukaku
kerna luka telah sembunyikan pisaunya.
Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.
Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi
itulah berarti
aku tungku tanpa api.
***
KENANGAN
DAN KESEPIAN
(Karya
: W. S. Rendra)
Rumah tua
dan pagar batu.
Langit di desa
sawah dan bambu.
Berkenalan dengan sepi
pada kejemuan disandarkan dirinya.
Jalanan berdebu tak berhati
lewat nasib menatapnya.
Cinta yang datang
burung tak tergenggam.
Batang baja waktu lengang
dari belakang menikam.
Rumah tua
dan pagar batu.
Kenangan lama
dan sepi yang syahdu
***
DOA SEORANG SERDADU SEBELUM BERPERANG
(Karya : W.S. Rendra)
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
(Karya : W.S. Rendra)
Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal
Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia
Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku
Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-
Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku
***
GERILYA
(Karya : W.S. Rendra)
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan
Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Dengan tujuh lubang pelor
diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kesumatnya
Gadis berjalan di subuh merah
dengan sayur-mayur di punggung
melihatnya pertama
Ia beri jeritan manis
dan duka daun wortel
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Orang-orang kampung mengenalnya
anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang
disiram atas tubuhnya
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Lewat gardu Belanda dengan berani
berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya
(Karya : W.S. Rendra)
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan
Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Dengan tujuh lubang pelor
diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kesumatnya
Gadis berjalan di subuh merah
dengan sayur-mayur di punggung
melihatnya pertama
Ia beri jeritan manis
dan duka daun wortel
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Orang-orang kampung mengenalnya
anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang
disiram atas tubuhnya
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling dijalan
Lewat gardu Belanda dengan berani
berlindung warna malam
sendiri masuk kota
ingin ikut ngubur ibunya
SEPISAUPI
(Karya : Sutardji
Calzoum Bachri)
sepisau luka sepisau
duri
sepikul dosa sepukau
sepi
sepisau duka serisau
diri
sepisau sepi sepisau
nyanyi
sepisaupa sepisaupi
sepisapanya sepikau
sepi
sepisaupa sepisaupi
sepikul diri
keranjang duri
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sepisaupa sepisaupi
sampai pisauNya
kedalam nyanyi
***
CINTAKU JAUH DI
PULAU
(Karya : Chairil Anwar)
Cintaku jauh di
pulau,
gadis manis,
sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar
Angin membantu,
laut terang, tapi terasa
aku tidak ‘kan
sampai padanya
Di air yang
terang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahta, sambil berkata :
“Tujukan perahu ke pangkuanku saja.”
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama ‘kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di
pulau
kalau ‘ku mati,
dia mati iseng sendiri
***
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Puisi adalah salah satu bentuk karya
sastra yang diungkapkan dengan menggunakan bahasa yang padat, indah, dan kaya
makna. Artinya ia dibentuk oleh kata-kata yang benar-benar terpilih,
terseleksi, atau melalui sensor yang ketat. Puisi merupakan hasil ungkapan
perasaan penyair yang dituangkan melalui kata-kata/bahasa yang sengaja dipilih
penyair untuk mewakili perasaannya.
Puisi
sebagai sebuah karya sastra,Menurut zamannya, secara umum terdiri atas dua
macam. Pertama puisi lama, kedua puisi baru atau puisi modern.
Puisi
lama antara lain : mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, talibun, dan
syair. Sedangkan puisi baru menurut isinya antara lain : Balada, Himne, Ode,
Epigram, Romance, Elegi, serta satire. Dan menurut bentuknya seperti :
Distikon, terzina, Quatrin, Quin, sektet, septime, Oktaf/stanza, juga soneta.
Puisi pada prinsipnya dibangun seperti halnya cerpen, novel, drama dan
roman yaitu atas dasar unsur intrinsik dan ekstrinsik.
B. Saran
Walaupun kita bukan penyair profesional, sebenarnya hampir
setiap orang dari kita pernah menciptakan puisi. Pada saat-saat tertentu,
misalnya ketika sedang bahagia, sedih atau pada saat-saat jatuh cinta, banyak
dari kita yang tiba-tiba menjadi penyair. Pada saat-saat seperti itu kita akan merekam
dan mengekspresikan perasaan dan pengalaman kita dalam sebuah puisi. Dengan
demikian, setiap orang dapat dikatakan memiliki potensi untuk menjadi penulis
puisi.
Makalah
ini telah membahas masalah yang
berkaitan dengan puisi yang akan membantu Anda dalam belajar mengenal puisi.
Setelah mempelajari dan memahami makalah ini, Anda diharapkan memiliki
keterampilan untuk membaca/menulis puisi serta memahami makna/pesan yang
terkandung dalam puisi. Penguasaan materi tentang pengertian,jenis, dan
unsur-unsur puisi berkaitan erat dalam menganalisis puisi, maka semakin dalam Anda menguasai materi itu semakin anda
mengerti apa makna dan pesan-pesan yang ingin di sampaikan para penyair melalui
karyanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Badudu,
J.S. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 1 dan 2. Bandung;Pustaka prima.
Ambary,Abdullah.dkk.1998. Penuntun Trampil Berbahasa Indonesia 2.
Bandung; Trigenda Karya.
Supadi. 2004. Bahasa Indonesia (untuk SMU).
Surakarta ; Surya Badra.
http://putralagoma.blogspot.com. Diunduh
Tanggal 16 Desember 2011 15:31:40
http://s6.scribdassets.com.
Diunduh Tanggal 16 Desember 2011 15:34:04
http://0.gravatar.com.
Diunduh Tanggal 13 Desember 2011 17:01:00
No comments:
Post a Comment